Di setiap penghujung tahun, orang beramai-ramai membuat
resolusi tahunannya. Blogger menuliskannya di blog masing-masing. Facebooker
menulisnya di status mereka. Sebenarnya saya bukan orang yang seperti itu,
gemar menulis resolusi tahunan. Dipikir-pikir resolusi tahunan ini ada perlunya
juga. Apalagi jika dilombakan, tahun lalu saya pernah memenagi sebuah lomba
status menulis resolusi. Lumayan hadiahnya 250 ribu rupiah. Kali ini saya juga
berharap bisa mendapatkan hadiah gamis dari lomba resolusi ini. Ups belum
apa-apa sudah ngarep, hehehe.
Dilihat dari judulnya, dua resolusi remedial, kira-kira apa ya maksudnya? Ini karena ada dua resolusi tahun lalu yang belum tercapai sehingga perlu ada kegiatan perbaikan (remedial) di tahun yang akan datang. Meskipun sudah dibuat resolusi, ya ada saja resolusi yang
belum tercapai. Disini saya akan mengulas penyebab dari
kegagalan dan kiat-kiat atau jurus apa yang akan digunakan agar resolusi
tersebut dapat tercapai pada tahun 2016 nanti.
Pertama, setelah lahirnya buku duet perdana saya bersama Ka
Mugniar (pasti tahu ya??) rencananya kami akan menerbitkan buku duet kembali.
Tadinya mau bikin semacam tetralogi begitu. Apa dinyana kesibukan saya maupun
Ka Niar membuat proyek itu terbengkalai. Kalau dipikir-pikir sedih pastinya.
Tapi memang keadaan seperti ini. Dua tahun belakangan ini saya disibukkan
dengan mengurus seorang bayi mungil yang kini sudah tumbuh menjadi anak yang
lucu dan menggemaskan. Menjadi seorang
Ibu dengan tiga anak ternyata memang merepotkan. Saya tidak memiliki asisten
rumah tangga yang dapat berbagi pekerjaan rumah tangga. Suami? Kebanyakan hanya
mengurusi hal-hal yang saya tidak bisa kerjakan seperti reparasi mesin air dan
sejenisya. Pekerjaan domestik seluruhnya saya kerjakan sendiri. Sehingga sulit
bagi saya untuk mengetik naskah calon buku. Sementara saya juga mengajar paruh
waktu sebagai guru komputer di sebuah SMK. Nah, berhubung anak ketiga saya ini
sudah berusia dua tahun, sudah bisa berjalan dan berbicara, jadi saya bisa
memiliki waktu lebih untuk menulis. Contohnya searang ini, saya jadi bisa menulis
lagi di blog. Biasanya memang Fiyya saya titipkan ke ibu saya yang kebetulan
gemar meminta anak-anak untuk menginap di rumahnya. Doakan ya, semoga tahun depan saya bersama Ka
Niar berhasil menerbitkan buku duet ke-dua kami. Aamiin.
kamar anak-anak |
Kedua, seperti yang sudah saya ceritakan tadi, mengurus tiga
anak memang bukan perkara mudah. Memerlukan
banyak kesabaran dalam menghadapi ketigaya. Jangan ditanya kehebohan yang ada
saat ketiganya berkumpul. Aih .. betapa malunya saya kala ada tamu yang datang
berkunjung ke rumah kami yang tidak besar sementara keadaan ruang tamu seperti
kapal pecah. Tamu-tamu yang datang ke
rumah saya rata-rata dapat memaklumi keadaan rumah apalagi setelah mereka
menyaksikan sendiri kehebohan anak-anak. Pernah suatu hari, saya merasa sangat
lelah. Putri saya yang kedua, Nada berebut mainan dengan abangnya tapi tidak
diberikan oleh abangnya. Kemudian mereka pun saling melempar mainan dan
berteriak. Adiknya yang sedang tidur pun terbangun. Ya ampuunn... saya tidak
dapat menahan emosi untuk tidak berteriak kepada mereka. Cerita-cerita sejenis
itu beberapa kali terjadi. Dalam buku parenting maupun kisah-kisah
teladan selalu disebutkan bahwa kunci dalam mendidik anak ialah sabar dan kasih
sayang. Karena itulah saya berusaha agar bisa memperbanyak stok sabar dalam
mendidik dan membesarkan anak-anak. Dalam sebuah kajian keislaman yang saya
ikuti diberitahu tips bersabar yaitu dengan banyak berdzikir kepada Allah. Jika
lisan dan hati kita senantiasa berdzikir kepada allah, insyaAllah akan
terhindarkan dari kemarahan yang sia-sia. Saat marah kita akan ingat nasehat
Rasulullah yaitu jika sedang berdiri agar duduk, jika sedang duduk maka
berbaring. Disarankan juga agar melakukan wudhu yang sempurna saat marah.
Tips lainnya
yaitu jika sedang lelah saya memilih untuh berisitirahat saja ketimbang
memaksakan diri melakukan pekerjaan rumah. Setelah istirahat tubuh kembali fit
maka pikiran menjadi lebih fresh. Begitupun jika anak-anak sedang sibuk dengan
dunia mereka, saya memilih beristirahat di kamar namun tetap memasang telinga. Ingiiiin
sekali menjadi ibu yang sabar seperti yang kisah teladan yang saya tulis
tentang Khadijah radiyallahu’anha dan juga ibunda para ulama lainnya. Ditambah ada hadits yang menyatakan bahwa bagi orang tua yang bersabar dalam mendidik anak maka akan masuk surga. Siapa sih yang gak mau masuk surga?
Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Anas bin Malik radhiallahu'anhu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ دَخَلْتُ أَنَا وَهُوَ الْجَنَّةَ كَهَاتَيْنِ
“Barangsiapa yang menanggung nafkah ( mendidik ) dua orang anak perempuan, niscaya aku dan ia masuk surga seperti ini” Rasululloh memberi isyarat dengan kedua jarinya ”(HR.Muslim)
Itulah dua resolusi utama yang sangat ingin kucapai pada tahun 2016. Semoga saja dapat terlaksana dengan baik. Saya doakan juga demikian bagi Uni Novia Syahidah Rais dan para pembaca blog saya :)
Semoga Allah subhanahu wata'ala memberikan keberkahan pada sisa usia kita dan menjadikannya bermanfaat bagi sekitar. Aamiin.
"Sebaik-baik manusia
adalah yang panjang usianya dan baik amalnya. Dan sejelek-jelek manusia
adalah yang panjang usianya, namun jelek amalnya" (HR. Ahmad dan
Tirmidzi).
Tulisan ini diikutsertakan dalam GiveAway Tinta Perak
selamat tahun baru 2016 Mbak *semoga belum telat*
BalasHapussemoga semua yang diimpikan ditahun ini bisa terwujud, amin..
makasih. aamiin. masih bulan Januari :D
BalasHapusSaya juga belum bisa bersabar sama anak2 :(
BalasHapusJadi ingat, belum kirim draft yang pernah saya bilang itu ke Vina. Draftnya masih amat kasar, Vin. Mungkin Vina bisa memperhalusnya.
Mudah2an tercapai, ya Vin.
Artikelnya sangat menginspirasi mba. Terimakasih banyak, sukses selalu!
BalasHapus