Menikah dalam usia yang masih cukup
muda yaitu 22 tahun membuat banyak orang meragukan kepiawaianku dalam
mengasuh anak. Namun berbekal keyakinan juga ilmu parenting dan ilmu agama dari hasil membaca
buku-buku, mengikuti seminar maupun berdasarkan pengalaman orang-orang di sekeliling membuatku yakin dalam setiap keputusan yang kuambil bagi anak-anakku. Ibu adalah sekolah pertama bagi anak. Itulah
yang selalu kucamkan dalam ingatan. Kata-kata pertama dipelajari bayi dari sang ibu. Segala hal yang pertama kali ia tiru didapatkan dari sang ibu. Sebagai seorang sarjana yang juga berprofesi
sebagai seorang guru memacu semangatku dalam mendidik anak sebaik mungkin. Meskipun hal itu tidak menjadi beban bahwa anak saya haruslah sosok
yang sempurna kelak (mereka telah sempurna sejak kelahirannya). Tingginya ilmu yang kumiliki haruslah bermanfaat bagi anak-anakku. Sehingga aku tidak perlu merasa sia-sia bilapun tidak berkarir. Maka bekerja sebagai guru honorer adalah pilihan yang kuambil agar mudah mengatur waktu.
Memberikan nutrisi yang baik sejak masa kehamilan
Syahdu usia 6 bulan |
Kelahiran bayi pertama selalu terasa istimewa. Karena sebagai
ibu baru pastinya ini adalah pengalaman pertama dan selalu ingin
memberikan yang terbaik baginya. Air Susu Ibu (ASI) yang diharapkan mampu
memberikan nutrisi terbaik ternyata tidak lancar keluar sebagaimana ibu-ibu
lainnya. Tentu saja ini membuatku cukup bersedih hati. Namun atas saran
orang tua dan keluarga, pemberian susu formula menjadi pilihan. Gizi yang baik
dan harga yang terjangkau menjadi pilihan
utama kami. Alhamdulillah jagoan kami Syahdu Fauzan Abdillah menyukai susu yang
diberikan tersebut dan sehat dalam tumbuh kembangnya. Seiring pertambahan usianya aku pun mulai
memberikannya makanan tambahan sesuai dengan porsinya. Sayuran maupun buah-buahan
dilahapnya dengan suka hati. Syahdu menjadi bayi yang sehat dan tampak montok,
membuat siapapun yang melihatnya menjadi gemas.
Memberikan stimulus untuk perkembangan kecerdasannya
Syahdu usia 2 tahun |
Memilihkan sekolah terbaik sesuai dengan karakternya
Keinginannya untuk sekolah menggebu-gebu sejak usianya dua tahun. Namun aku tak begitu saja menurutinya karena khawatir ia akan merasa jenuh dan malah
malas bersekolah saat usianya sudah cukup nanti. Demi memenuhi rasa ingin
tahunya aku memasukkannya ke Taman Pendidikan AlQur’an yang berada di Masjid
perumahan tempat tinggal kami. Ia pun cukup senang. Pada usia 2 tahun 4 bulan aku juga memasukkannya pada lembaga
kursus anak dengan durasi waktu 2x semingggu dengan lama waktu 1 jam /pertemuan. Sejak awal masuk
tak pernah sekalipun Syahdu terlihat cengeng ataupun manja. Ia adalah anak yang
mandiri dan ceria. Bahkan aku disuruhnya pulang dan tak perlu menungguinya. Dengan
pengaturan seperti itu, aku berharap masa golden age-nya mampu terasah dengan
baik namun tanpa meninggalkan keceriaan masa kanak-kanaknya. Buku-buku
penunjang juga kubelikan untuk belajar di rumah.
Syahdu bersekolah di Taman
Kanak-Kanak pada usianya yang kelima. TK yang kupilihkan bukanlah TK mahal
karena bagiku fasilitas mewah dari sekolah berbiaya fantastis bukanlah tolak
ukur kualitas sebuah sekolah. Bagiku metode pengajaran yang disampaikan
guru-lah yang lebih penting. Jarak juga menjadi pertimbangan bagiku. Ternyata Syahdu mampu mengikuti pengajaran
yang ada di TK. Kemampuannya membaca, berhitung dan menulis semakin terasah. Betapa tercengang-cengang diriku melihatnya membaca buku cerita yang kami belikan.
Rasanya seperti keajaiban saja. Begitupun
ketika ia menyatakan siap masuk Sekolah Dasar di usianya yang keenam. Beberapa sekolah
swasta terdekat kukunjungi satu per satu. Sekali lagi, kenyamanan lingkungan
dan metode mengajar guru adalah yang utama bagiku. Keramahan guru juga kepala
sekolah amat diperlukan bagi kelancaran komunikasi. Syahdu adalah tipikal anak
laki-laki yang cukup aktif bergerak kesana kemari sehingga SD swasta kuharapkan
lebih tepat untuknya. Syukurlah Syahdu merasa nyaman bersekolah disana, bahkan
diluar dugaan ia mampu berprestasi di kelasnya.
desain rumah rancangan Syahdu |
asyik merancang rumah idaman |
Hobinya menggunakan notebook tidak sebatas
bermain game maupun menonton video saja, kini Syahdu sudah mampu mengoperasikan
software 3 Dimensi. Awalnya ia hanya tertarik
melihat ayahnya asyik mendesain, setelah diajarkan beberapa kali akhirnya
Syahdu mampu menggunakan software tersebut untuk merancang rumah idamannya.
latihan menulis |
Kecerdasannya tak berbatas pada keilmuan saja. Ia memiliki kecerdasan emosi cukup baik. Misalnya saat berbagi makanan dengan teman sekolahnya yang tidak membawa bekal. Ia juga relatif mengalah dengan temannya yang membuatnya kadang dirugikan. Meski teman-temannya seringkali jajan setiap pulang dari sekolah, namun Syahdu mampu menahan diri. Aku memang memberikannya pengertian untuk tidak jajan di sekolah dan tidak memberikannya uang jajan harian. Begitupun bila kami pergi ke toko mainan, ia mampu menahan diri dari membeli mainan yang tidak kami ijinkan untuk dibeli. Pernah suatu kali ayahku hendak memberikan sejumlah uang untuk cucu pertamanya itu, namun malah ditolaknya dengan berkata bahwa ia sudah memiliki uang dariku.
Manajer si Bos Kecil
Dengan aktivitasnya yang semakin bertambah banyak seperti sekolah, mengaji, bermain hingga menikmati hobinya tentu aku harus mengatur atau memanajeri agar tidak merugikan kesehatan fisiknya. Dengan padatnya waktu belajar di sekolah sejak pukul 07.30 sampai dengan 14.00 maka kegiatan sepulang sekolah adalah makan dan tidur siang. Barulah di sore hari ia bisa menikmati hobinya. Sehabis magrib setelah sholat dan mengaji kegiatan selanjutnya adalah mengulang pelajaran di sekolah ataupun kegiatan belajar lainnya. Dengan begitu aku berharap ia tidak akan mengalami kelelahan dan terjaga kesehatannya. Tentunya juga ditunjang dengan pemberian gizi yang baik. Untunglah Syahdu menyukai semua jenis sayuran maupun buah-buahan, sehingga tidak sulit bagiku memilihkan makanan baginya.
Suamiku memang menyerahkan urusan memilih sekolah kepadaku. Ia percaya bahwa aku mampu memilihkan yang terbaik bagi anak-anak kami. Walau begitu aku tetap mengajaknya berdiskusi dan melihat bersama-sama calon anak sekolah kami. Untuk masa depannya, sebagai orang tua kami hanya akan mengarahkannya pada minat dan bakatnya. Memberikannya nasihat agar ia tidak salah dalam memilih. Mendukungnya agar ia mampu menjalani setiap pilihan dengan senang hati dan penuh rasa tanggung jawab.
Dengan aktivitasnya yang semakin bertambah banyak seperti sekolah, mengaji, bermain hingga menikmati hobinya tentu aku harus mengatur atau memanajeri agar tidak merugikan kesehatan fisiknya. Dengan padatnya waktu belajar di sekolah sejak pukul 07.30 sampai dengan 14.00 maka kegiatan sepulang sekolah adalah makan dan tidur siang. Barulah di sore hari ia bisa menikmati hobinya. Sehabis magrib setelah sholat dan mengaji kegiatan selanjutnya adalah mengulang pelajaran di sekolah ataupun kegiatan belajar lainnya. Dengan begitu aku berharap ia tidak akan mengalami kelelahan dan terjaga kesehatannya. Tentunya juga ditunjang dengan pemberian gizi yang baik. Untunglah Syahdu menyukai semua jenis sayuran maupun buah-buahan, sehingga tidak sulit bagiku memilihkan makanan baginya.
Suamiku memang menyerahkan urusan memilih sekolah kepadaku. Ia percaya bahwa aku mampu memilihkan yang terbaik bagi anak-anak kami. Walau begitu aku tetap mengajaknya berdiskusi dan melihat bersama-sama calon anak sekolah kami. Untuk masa depannya, sebagai orang tua kami hanya akan mengarahkannya pada minat dan bakatnya. Memberikannya nasihat agar ia tidak salah dalam memilih. Mendukungnya agar ia mampu menjalani setiap pilihan dengan senang hati dan penuh rasa tanggung jawab.
Aku berharap bekal pendidikan yang kami berikan kepadanya
berupa ilmu maupun akhlak yang baik seperti kejujuran, kesederhanaan, disiplin
dan lainnya mampu diamalkannya hingga besar nanti. Karena seperti yang selalu
kupanjatkan dalam doa-doaku adalah agar Dia mampu membimbingku dan suami dalam
mendidik dan membesarkan anak-anak kami sehingga kelak mampu menjadi pemimpin yang cerdas dan berakhlak baik. Aamiin.
Waaah... artikelnya bagus. Semoga bisa ter-submit, ya. :)
BalasHapusterima kasih:)
HapusSyahdu hebat yaa, bisa rancang rumahnya sendiri
Hapus