2008-10-26

CPNS

Sekian lama aku menolak untuk mengajukan diri menuju bursa cpns akhirnya kulakoni juga semua itu. Alasannya tidak lain adalah karena persyaratannya yang njelimet, bikin aku malas mengurus semua administrasi yang diperlukan mulai dari SKCK, KArtu kuning, surat keterangan kesehatan, dll. Namun atas dorongan berbagai pihak akahirnya aku mencoba mengurus semua kelengkapan itu. Kabarnya, Depok membuka lowongan tahun ini. So, aku pikir tiada salahnya mencoba, apalagi lokasinya kan tidak jauh dari rumah. Perjuanganku dimulai dari melegalisir ijazah dan transkripku pekan lalu. Perlu waktu seminggu untuk mengambilnya (lama bener ya??). Esoknya aku mengurus surat kesehatan ke puskesmas terdekat. Cukup bayar 5000 di loket, surat langsung jadi.  Setelah itu aku menuju ke kelurahan Sukamaju untuk meminta pengantar lurah untuk mengajukan SKCK ke POLRES Depok Namun apa daya, petugas meminta pengantar RT, RW dan juga  SPT Lunas PBB. .Aghh... malas aku mengurus semua itu dengan kondisiku saat ini. Kupikir, aku akan membatakan niatku untuk melamar cpns. Aku pun mengirim sms ke tanteku yang kupanggil mba wati. Sepulangya, tanteku bilang kalau tetangganya yang polisi, Bu Veronica, mau membantu untuk memudahkan urusanku mengurus SKCK sehingga tidak perlu surat pengantar lagi. Hore..... meskipun tidak sesuai prosedur namun tak apalah toh aku sudah berusaha. Keesokannya aku langsung ke POLRES Depok, meski sudah lewat jalan pintas, namun tetap saja aku harus mengisi isian yang banyak sekali. Lucunya ada daftar yang menanyakan biodata orangtua dari suami/istri, yah akupun langsung telpon suamiku, untung saja masih ada pulsa. Jam sebelas, aku sudah bisa menerima SKCK tersebut. Masih luimayan dibandingkan orang lain yang harus menunggu sampai jam lima sore. Cukup bayar seikhlasnya saja disitu. Hffhh perjuanganku berlanjut ke Disnaker Depok untuk mengurus kartu kuning. Mudah, cuma fotokopi KTP sama Ijazah tapi  yang bikin ribet adalah ketika aku harus memfotokopi kartukuning tersebut untuk dilegalisir. Fotokopinya jauh sekali mana harus memutar karena terhalang pagar pembatas jalan. Untung saja, ada dua orang kenalan yang berbaik hati mau memfotokopikannya untukku. Mereka memabawa motor, jadi tidak harus bersusah payah berjalan di tengah teriknya matahari. Alhamdulillah. surat-surat pun beres, tinggal menunggu hasil legalisir ijazah.

Btw, kapan ya pembukaan cpns depok?

  

2008-10-20

Senin, 20 Okt 2008

Hari ini aku menjalani hari yang lumayan sibuk.Mulai jam delapan pagi mengantar suamiku berangkat kerja sampai ke stasiun pondok cina. Dia tidak bawa motor karena mau kubawa ke bengkel motornya. Setelah aku mampir sebentar untuk sarapan dan membeli lauk untuk malam hari di warung nasi dekat stasiun, barulah aku kempus untuk melegalisir ijazah dan transkripku. Hal ini aku lakukan dalam perjuangan menjadi CPNS di Penda Depok (yang kabarnya sebentar lagi akan buka lowongan). Usai mengajukan legalisir yang baru bisa diambil satu pekan ke depan,  aku pun singgah ke bengkel Honda depan BSI. Sudah dua kali aku 'ngebengkel' disini. Aku memilih paket servis nomor satu. Alhasil setelah satu jam menunggu, bunyi mengganggu yang kudengar dari motorku belum juga hilang. Teryata bunyi itu berasal dari kanvas rem yang sudah aus, namun stoknya habis disitu. Dengan sedikit kecewa, akupun beranjak darisana langsung ke SOS Cibubur. Yup, jam 11 siang adalah waktuku untuk mengajar anak-anak disana. Sesampainya aku disana, anak-anak sudah ada yang menungguku. Ya sudah langsung sajalah belajar, soalnya kalau kelamaan bakal ada banyak anak yang menunggu untuk giliran menggunakan komputer. Maklumlah, komputernya hanya enam saja yang bisa digunakan sementara ini. Benar saja, sejak mulai dari jam sebelas anak-anak terus berdatangan berturut-turut hingga aku hampir lupa makan dan sholat. jam setengah dua, aku izin sebentar untuk ishoma. Kegiatan mengajar baru selesai jam empat sore. Lima jam full tanpa henti. Aku pun bergegas pulang karena masih harus 'ngebengkel' untuk mengganti kanvas rem tersebut. pandangan mataku jatuh pada bengkel lumayan besar yang berada di kiri jalanku. Hfffhh ternyata bapak yang menjadi mekaniknya malah mematahkan salah satu onderdilnya sehingga tidak bisa dilepas. Ia menyarankan agar aku membawa motorku ke tukang bubut terlebih dahulu. Dari tukang bubut, ternyata ia baru bisa mem-bubut kalau kepala tempat kanvas rem tersebut dilepas dari motor. Untungnya tak jauh darisitu ada bengkel motor kecil, jadilah aku kesitu. Alhamdulillah bapak-bapaknya baik dan mau membantu. Aku tinggal duduk saja. Ahhh...alhamdulillah berakhir perjuanganku dalam men-servis motor.

2008-10-19

Senyum terindah

Anakku sudah genap berusia setahun. Ia sudah lancar berjalan dan sudah mau menggunakan sepatu. Tanggal 11 Oktober lalu, kami menyelenggarakan walimah aqiqah untuk dirinya. Sanak saudara, kerabat, sahabat, tetangga hadir dalam acara ini. Sebenarnya aku tidak menyangka akan seramai dan sesibuk ini. Karena kami hanya mengundang kerabat dekat saja. Alhamdulillah tamu yang diundang hampir semua datang menambah kebahagiaan bagi kami. Dalam lelah bolak-balik melayani dan menemani para tamu, tak sengaja kulihat senyum manis di wajah anakku, senyum itulah yang terindah yang pernah kulihat. Rasa lelah, capek semuanya menguap seketika. Terbayarkan dengan senyuman di wajahnya. Sungguh ini adalah kepuasan sebagai seorang orang tua ketika mampu memberikan kebahagiaan bagi anaknya. Bayiku yang mulai besar ini sudah tahu keramaian dan senanganya dikelilingi banyak orang yang menyayanginya. Bahkan siang itu dia tidak tidur sama sekali (bayiku tidak bisa tidur kalau banyak orang). Dia baru tidur lelap setelah acara selesai.

 

Sembilan Ratus Ribu Rupiah

Angka itu tentu ada nilainya, tapi besar kecilnya berbeda ukurannya bagi setiap orang
Sore itu, saat hujan belum berhenti, seorang ibu datang mengetuk pintu pagarku. Aku sedang sholat ashar, jadi terpaksa ia kubiarkan mengucap salam berkali-kali. Setelah kulihat ternyata yang datang adalah ibu yang juga merupakan tetangga dari ibuku. Ibu ini datang menyampaikan maksudnya untuk meminjam uang sebesar sembilan ratus ribu rupiah. Uang itu hendak ia pergunakan untuk membiayai anak keduanya yang baru saja melahirkan. Menantunya pergi entah kemana, membawa buku nikah dan uang limapuluh ribu rupiah. Cucunya sudah lahir ke dunia, namun belum bisa pulang karena biaya yang belum terbayarkan. Dan biaya itu akan semakin membengkak bila tidak segera dilunasi. Sebelumnya juga ia terpaksa menjual motor yang digunakan sebagai mata pencaharian suaminya guna melunasi biaya melahirkan anak pertamanya pada dua bulan sebelumnya. Anak pertamanya ini terpaksa melahirkan secara caesar dikarenakan air ketuban yang hampir kering. Biayanya mencapai tujuh juta rupiah. Suami dari anaknya ini tidak mempunyai pekerjaan tetap. Ibu itu membawa surat tanah milik keluarganya yang ia maksudkan sebagai penjamin. Sebagai seorang perempuan yang juga pernah melahirkan dan juga seorang istri sekaligus ibu, aku tahu rasanya kesulitan seperti itu. Tak tega namun tak berdaya. Aku mencoba menasehati ibu itu untuk mencari pinjaman pada keluarganya. Namun katanya hal itu sudah dilakukan dan mereka tidak mau peduli. Kepada orang lain ia merasa malu dan sungkan. Ibu itu datang padaku dengan penuh pengharapan. Aku sungguh berterimakasih karena sebagai manusia aku masih dianggap dapat menolong orang lain yang kesulitan. Namun apa daya kondisiku saat ini tak mampu menolongnya seratus persen. Aku hanya mampu memberikan sesuai kemampuanku. Sisa hadiah yang dimiliki Syahdu berupa kasur bayi dan baju-baju bayi miliknya kuberikan saja untuk ibu itu. Padahal hanya itu saja yang dapat kuberikan, namun ia senang bukan main. Ya Allah, aku hanya dapat mendoakan semoga ibu itu diberikan kemampuan membayar keperluan anak dan cucunya. Dan semoga kelak kami diberikan kemampuan untuk membantu lebih banyak lagi. Amin....

Kisah ibu itu mengharukan bagiku. Seorang ibu yang terus berjuang untuk anak-anaknya. Meski anaknya kerap menyusahkan dirinya. Yang meruntuhkan rasa malu dan membuang sejenak harga dirinya demi tercukupi kebutuhan keluarganya. Karena tak semua ibu seperti itu.
Share