2008-12-20

Being a Mother : 22 Desember

Being a mother for me, is a gift
A beautiful gift from Allah subhanahu wata'ala

Menjadi seorang ibu adalah hadih terindah dan terhebat yang kumiliki dari Allah subhanahu wata'ala
Mengapa? Karena pada saat itu Ia berikan banyak keaguangan dan keistimewaan bagi diriku (dan ibu lainnya). Pahala yang berlipat ganda selepas melahirkan dan tentunya keturunan itu sendiri.

I Imagine, there is someone who caleed me 'mother' who love me very much. 
Give me a poem, flowers, and many nice things for me as gift. 

Aku membayangkan, betapa indah dan mengharukannya saat akan ada seseorang yang memberikan puisi, bunga juga kado manis lainnya.

Someone who really love and adore you, as a mother

Seseorang yang sangat mencintai dan mengagumimu sebagai seorang ibu.
Ketulusan dan pancaran kasih sayang dari bola matanya yang jernih saat berkata, 
" I Love you mom ",  " Aku sayang Bunda "

That's a nice thing. isn't it?

Bagiku menjadi seorang ibu adalah berkah dan juga amanah.
Seorang anak sejak kecil hingga dewasa sudah seharusnya disayang, dimengerti, diperhatikan dan dibimbing. Sabar menghadapi kenakalannya saat kecil, sabar juga menghadapi ulahnya ketika dewasa. Dan semoga saja aku bisa seperti itu. 

Yang kuinginkan adalah dapat menjadi ibu yang baik bagi anak-anakku. Seorang ibu yang disayangi oleh anak-anakku. Dan aku juga berharap akan selalu dapat bersabar dalam membimbing mereka. Amin....

Hasil tes CPNS Depok

Hari ini, 20 Desember adalah hari diumumkannya hasil tes cpns Depok yang lalu. Sedari pagi berusaha tuk donlot dari situsnya langsung, ga berhasil juga. Akhirnya malam ini googling dan donlot dari blog salah satu peserta tes cpns, dan berhasil donlot dengan mudahnya. Namun ternyata, tiada namaku disitu, hiks..... Ternyata oh ternyata tes yang kemarin itu langsung menyaring sesuai dengan jumlah posisi yang ditawarkan. Berbeda dengan CPNS departemen atau BUMN yang menyaring beberapa kali. Yah, pelajaran, lain kali harus lebih berusaha belajar dan kembali membaca buku-buku kuliah. Karena ketika membaca soal-soalnya serasa de javu saat mengisi lembar soal ujian di kampus empat tahun silam, hiks sudah lama sekali ternyata.
Dan ... di daftar tersebut tidak ada nama dirikuh.... Ya sudah lah memang sudah takdirku tidak menjadi PNS, lebih baik menjadi IRT saja dapat gaji yang cukup memadai meski tidak harus keluar ongkos  Cukup mendoakan agar 'bos' (suamikuwh) tetap dapat menggajiku dengan baik tiap bulannya  Amin....

Selamat buat yang lulus tes, semoga bisa menjadi PNS yang baik dan bertanggung jawab.

2008-12-07

Typhoid

Penyakit ini lagi-lagi menyerang kekebalan tubuhku. Setelah sekian tahun tak ada satupun penyakit mampir, eeh malah dia datang disaat-saat genting dalam hidupku. Dua pekan belakangan ini aku memang dilanda kesibukan dan tekanan  (agak hiperbola) dalam proyek yang kukerjakan maupun kondisi pribadiku sendiri. Selain itu aku juga sedang sibuk-sibuknya melamar CPNS sana-sini. Ditambah lagi kondisi cuaca yang memang tidak baik. Hujan sepanjang sore, bahkan kadang sejak siang. Dan aku memaksakan diriku yang memang sudah tidak fit untuk menyelesaikan pekerjaan maupun lamaran-lamaran CPNS itu.  Hingga pada titik akhir aku sudah merasa tidak kuat lagi dan merasa kesakitan yang amat sangat mulai dari perut hingga kepala. Sendi-sendi dan tulangku terasa nyeri. Rasanya aku belum pernah sakit seperti ini lengkapnya. Aku pun memeriksakan diriku ke RS langganan (karena dapat ganti dari kantor suamiku). But, hasil pemeriksaan menyatakan bahwa aku negatif typhoid. Sementara aku yakin sekali bahwa aku ini memang typhoid. Aku sudah sangat tidak bernafsu makan dan merasa tidak kuat lagi. Alhasil dokter memberikan obat-obatan untukku. Obat-obat itu tidak memberi efek apapun pada diriku. Hingga esoknya aku merasa amat kesakitan dan sangat mual. Lalu aku memohon agar aku dibawa ke RS ternama yang baru saja ada di Depok ini. Pelayanan yang diberikan memang sangat baik. Hasilnya typhoidku penuh dengan salmonella dkk. Akupun dirawat inap. Namun dua hari di RS aku tidak merasakan perubahan dari obat-obat yang kukonsumsi. Aku hanya merasa lebih baik dalam jangka waktu 5-10 menit dari pemberian obat, selebihnya aku merasa sakit tak tertahan di perut dan kepalaku. Akupun memutuskan untuk pulang ke rumah setelah 2 hari menginap disana. Sepulangnya ke rumah aku hanya mngonsumsi obat-obat tradisional saja. Seperti pil cacing, ramuan angka dan ramuan lainnya. Alhamdulillah dalam dua hari saja penyakitku berangsur pulih. Rasanya aku sudah menyusahkan bayak orang ketika itu. Termasuk Mamay, muridku dulu di SMK. Dia meskipun bukan siapa-siapa, tapi baik sekali merawatku saat sakit.Dia telaten sekali mengurusku juga rumahku.  Karena tanteku sibuk mengurusi masakan makananku dan juga anakku sayang.  Well, big thanks for you all.  Ada banyak nama yang tak kutulis disini, nama-nama yang telah banyak membantuku disaat susah. Thanks to my best friend Yohana, thanks for accompany me at the hospital. May Allah bless you all. 

2008-10-26

CPNS

Sekian lama aku menolak untuk mengajukan diri menuju bursa cpns akhirnya kulakoni juga semua itu. Alasannya tidak lain adalah karena persyaratannya yang njelimet, bikin aku malas mengurus semua administrasi yang diperlukan mulai dari SKCK, KArtu kuning, surat keterangan kesehatan, dll. Namun atas dorongan berbagai pihak akahirnya aku mencoba mengurus semua kelengkapan itu. Kabarnya, Depok membuka lowongan tahun ini. So, aku pikir tiada salahnya mencoba, apalagi lokasinya kan tidak jauh dari rumah. Perjuanganku dimulai dari melegalisir ijazah dan transkripku pekan lalu. Perlu waktu seminggu untuk mengambilnya (lama bener ya??). Esoknya aku mengurus surat kesehatan ke puskesmas terdekat. Cukup bayar 5000 di loket, surat langsung jadi.  Setelah itu aku menuju ke kelurahan Sukamaju untuk meminta pengantar lurah untuk mengajukan SKCK ke POLRES Depok Namun apa daya, petugas meminta pengantar RT, RW dan juga  SPT Lunas PBB. .Aghh... malas aku mengurus semua itu dengan kondisiku saat ini. Kupikir, aku akan membatakan niatku untuk melamar cpns. Aku pun mengirim sms ke tanteku yang kupanggil mba wati. Sepulangya, tanteku bilang kalau tetangganya yang polisi, Bu Veronica, mau membantu untuk memudahkan urusanku mengurus SKCK sehingga tidak perlu surat pengantar lagi. Hore..... meskipun tidak sesuai prosedur namun tak apalah toh aku sudah berusaha. Keesokannya aku langsung ke POLRES Depok, meski sudah lewat jalan pintas, namun tetap saja aku harus mengisi isian yang banyak sekali. Lucunya ada daftar yang menanyakan biodata orangtua dari suami/istri, yah akupun langsung telpon suamiku, untung saja masih ada pulsa. Jam sebelas, aku sudah bisa menerima SKCK tersebut. Masih luimayan dibandingkan orang lain yang harus menunggu sampai jam lima sore. Cukup bayar seikhlasnya saja disitu. Hffhh perjuanganku berlanjut ke Disnaker Depok untuk mengurus kartu kuning. Mudah, cuma fotokopi KTP sama Ijazah tapi  yang bikin ribet adalah ketika aku harus memfotokopi kartukuning tersebut untuk dilegalisir. Fotokopinya jauh sekali mana harus memutar karena terhalang pagar pembatas jalan. Untung saja, ada dua orang kenalan yang berbaik hati mau memfotokopikannya untukku. Mereka memabawa motor, jadi tidak harus bersusah payah berjalan di tengah teriknya matahari. Alhamdulillah. surat-surat pun beres, tinggal menunggu hasil legalisir ijazah.

Btw, kapan ya pembukaan cpns depok?

  

2008-10-20

Senin, 20 Okt 2008

Hari ini aku menjalani hari yang lumayan sibuk.Mulai jam delapan pagi mengantar suamiku berangkat kerja sampai ke stasiun pondok cina. Dia tidak bawa motor karena mau kubawa ke bengkel motornya. Setelah aku mampir sebentar untuk sarapan dan membeli lauk untuk malam hari di warung nasi dekat stasiun, barulah aku kempus untuk melegalisir ijazah dan transkripku. Hal ini aku lakukan dalam perjuangan menjadi CPNS di Penda Depok (yang kabarnya sebentar lagi akan buka lowongan). Usai mengajukan legalisir yang baru bisa diambil satu pekan ke depan,  aku pun singgah ke bengkel Honda depan BSI. Sudah dua kali aku 'ngebengkel' disini. Aku memilih paket servis nomor satu. Alhasil setelah satu jam menunggu, bunyi mengganggu yang kudengar dari motorku belum juga hilang. Teryata bunyi itu berasal dari kanvas rem yang sudah aus, namun stoknya habis disitu. Dengan sedikit kecewa, akupun beranjak darisana langsung ke SOS Cibubur. Yup, jam 11 siang adalah waktuku untuk mengajar anak-anak disana. Sesampainya aku disana, anak-anak sudah ada yang menungguku. Ya sudah langsung sajalah belajar, soalnya kalau kelamaan bakal ada banyak anak yang menunggu untuk giliran menggunakan komputer. Maklumlah, komputernya hanya enam saja yang bisa digunakan sementara ini. Benar saja, sejak mulai dari jam sebelas anak-anak terus berdatangan berturut-turut hingga aku hampir lupa makan dan sholat. jam setengah dua, aku izin sebentar untuk ishoma. Kegiatan mengajar baru selesai jam empat sore. Lima jam full tanpa henti. Aku pun bergegas pulang karena masih harus 'ngebengkel' untuk mengganti kanvas rem tersebut. pandangan mataku jatuh pada bengkel lumayan besar yang berada di kiri jalanku. Hfffhh ternyata bapak yang menjadi mekaniknya malah mematahkan salah satu onderdilnya sehingga tidak bisa dilepas. Ia menyarankan agar aku membawa motorku ke tukang bubut terlebih dahulu. Dari tukang bubut, ternyata ia baru bisa mem-bubut kalau kepala tempat kanvas rem tersebut dilepas dari motor. Untungnya tak jauh darisitu ada bengkel motor kecil, jadilah aku kesitu. Alhamdulillah bapak-bapaknya baik dan mau membantu. Aku tinggal duduk saja. Ahhh...alhamdulillah berakhir perjuanganku dalam men-servis motor.

2008-10-19

Senyum terindah

Anakku sudah genap berusia setahun. Ia sudah lancar berjalan dan sudah mau menggunakan sepatu. Tanggal 11 Oktober lalu, kami menyelenggarakan walimah aqiqah untuk dirinya. Sanak saudara, kerabat, sahabat, tetangga hadir dalam acara ini. Sebenarnya aku tidak menyangka akan seramai dan sesibuk ini. Karena kami hanya mengundang kerabat dekat saja. Alhamdulillah tamu yang diundang hampir semua datang menambah kebahagiaan bagi kami. Dalam lelah bolak-balik melayani dan menemani para tamu, tak sengaja kulihat senyum manis di wajah anakku, senyum itulah yang terindah yang pernah kulihat. Rasa lelah, capek semuanya menguap seketika. Terbayarkan dengan senyuman di wajahnya. Sungguh ini adalah kepuasan sebagai seorang orang tua ketika mampu memberikan kebahagiaan bagi anaknya. Bayiku yang mulai besar ini sudah tahu keramaian dan senanganya dikelilingi banyak orang yang menyayanginya. Bahkan siang itu dia tidak tidur sama sekali (bayiku tidak bisa tidur kalau banyak orang). Dia baru tidur lelap setelah acara selesai.

 

Sembilan Ratus Ribu Rupiah

Angka itu tentu ada nilainya, tapi besar kecilnya berbeda ukurannya bagi setiap orang
Sore itu, saat hujan belum berhenti, seorang ibu datang mengetuk pintu pagarku. Aku sedang sholat ashar, jadi terpaksa ia kubiarkan mengucap salam berkali-kali. Setelah kulihat ternyata yang datang adalah ibu yang juga merupakan tetangga dari ibuku. Ibu ini datang menyampaikan maksudnya untuk meminjam uang sebesar sembilan ratus ribu rupiah. Uang itu hendak ia pergunakan untuk membiayai anak keduanya yang baru saja melahirkan. Menantunya pergi entah kemana, membawa buku nikah dan uang limapuluh ribu rupiah. Cucunya sudah lahir ke dunia, namun belum bisa pulang karena biaya yang belum terbayarkan. Dan biaya itu akan semakin membengkak bila tidak segera dilunasi. Sebelumnya juga ia terpaksa menjual motor yang digunakan sebagai mata pencaharian suaminya guna melunasi biaya melahirkan anak pertamanya pada dua bulan sebelumnya. Anak pertamanya ini terpaksa melahirkan secara caesar dikarenakan air ketuban yang hampir kering. Biayanya mencapai tujuh juta rupiah. Suami dari anaknya ini tidak mempunyai pekerjaan tetap. Ibu itu membawa surat tanah milik keluarganya yang ia maksudkan sebagai penjamin. Sebagai seorang perempuan yang juga pernah melahirkan dan juga seorang istri sekaligus ibu, aku tahu rasanya kesulitan seperti itu. Tak tega namun tak berdaya. Aku mencoba menasehati ibu itu untuk mencari pinjaman pada keluarganya. Namun katanya hal itu sudah dilakukan dan mereka tidak mau peduli. Kepada orang lain ia merasa malu dan sungkan. Ibu itu datang padaku dengan penuh pengharapan. Aku sungguh berterimakasih karena sebagai manusia aku masih dianggap dapat menolong orang lain yang kesulitan. Namun apa daya kondisiku saat ini tak mampu menolongnya seratus persen. Aku hanya mampu memberikan sesuai kemampuanku. Sisa hadiah yang dimiliki Syahdu berupa kasur bayi dan baju-baju bayi miliknya kuberikan saja untuk ibu itu. Padahal hanya itu saja yang dapat kuberikan, namun ia senang bukan main. Ya Allah, aku hanya dapat mendoakan semoga ibu itu diberikan kemampuan membayar keperluan anak dan cucunya. Dan semoga kelak kami diberikan kemampuan untuk membantu lebih banyak lagi. Amin....

Kisah ibu itu mengharukan bagiku. Seorang ibu yang terus berjuang untuk anak-anaknya. Meski anaknya kerap menyusahkan dirinya. Yang meruntuhkan rasa malu dan membuang sejenak harga dirinya demi tercukupi kebutuhan keluarganya. Karena tak semua ibu seperti itu.

2008-09-20

KUE LEBARAN




Lebaran sebentar lagi niy... kurang lengkap tanpa kehadiran kue-kue kering penyemarak suasana Idul Fitri. Ayo pesan segera kue-kue lebaran ini dan dapatkan diskon 10% dan antar gratis (untuk wilayah Depok dan sekitarnya). InsyaAllah terjamin kebersihan, kesehatan serta kehalalannya.

Untuk harga kue keju, nastar dan kue daun 35.000, yang lainnya cukup 30.000 rupiah saja.

Oya selain yang ada di gambar, ada juga kue kering brownies coklat, kue lidah kucing, dan lainnya. Ayo buruan pesan, lebaran sebentar lagi lohhh!!!! Pesan ke : inna_maya@yahoo.com (bisa email/yahoo messenger)

2008-09-18

Dokter:pengabdian atau sekedar profesi?

Kemarin, tanteku menelepon dia meanyakan apakah dokter yang juga tetangga sebelah rumahku ini sudah pulang atau belum. Kulongok ke rumahnya, nampak mobilnya sudah terparkir di dalam. Rupanya anaknya tteman tanteku sedang sakit panas, dan ingin meminta naishat juga resep obat yang manjur untuk anaknya. Karena anaknya baru saja sembuh dari sakit yang sama sebelumnya.  Akupun mengantar mereka ke rumah bu dokter itu. Beliau memang tidak membuka praktek di rumah, hanya berpraktek di sebuah rumah sakit ibu dan anak ternama sebagai dokter spesialis anak. Aku agak ragu memang mendatangi rumah ibu dokter tersebut, karena pintunya tertutup rapat dan tidak ada belnya. Dan ibu dokter itu pun keluar dan menanyakan ada apa. Kami pun menyampaikan maksud kami. Namun apa daya, ibu dokter enggan memeriksa bayi tersebut. Alasannya karena beliau tidak membawa peralatan dokternya juga kertas resep juga karena beliau tidak membuka praktek di rumah. Ibu dokter hanya menyarankan agar diberi obat penurun panas dan dibawa ke rumah sakit saja tanpa memeriksa bayi tersebut. Kami pun keluar dengan perasaan kecewa, setelah mengucapkan maaf dan terima kasih tentu saja. Di rumah aku berpikir, apakah boleh dengan alasan tersebut lalu seorang dokter  berlaku demikian. Apakah benar seperti itu?Bila berbicara pengabdian tentu berada dimanapun keahliannya harus dapat bermanfaat bagi orang lain, apalagi orang disekelilingnya. Namun bila berbicara profesi, tentu saja yang dilakukan dokter itu benar adanya. Beliau tidak membuka dan tidak memiliki izin praktek di rumah. Ahh tapi tetap saja ada yang mengganjal di hatiku. Apakah bisa seorang dokter anak, membiarkan nuraninya begitu saja menafikan sang anak yang sedang sakit meminya hanya untuk dilihat. Who can answer this question?

2008-09-15

resep makanan buat Syahdu

Siang tadi aku bingung mau kasih anakku makan apa. Badan rasnya lemes tidak bergairah. Stok bubur Milnanya juga kurang variatif, kasihan kalau dikasih yang itu itu melulu. Meskipun dia tidak protes. Untungnya tadi pagi aku sempat belanja sayur dan ayam potong. Akhirnya kuputuskan tuk membuat sup kalud ayam . Pertama, ayam dicuci, kemudian diporong kecil-kecil atau dicincang halus gunanya untuk memudahkan anak dalam mengunyah. Setelah itu rebus dengan air secukupnya dengan api kecil. MAsukkan nasi putih secukupnya.  Sekiranya sudah empuk masukkan irisan bawang merah , sayur (oyong/wortel/kembang kol/sawi) juga sosis yang sudah dirajang. Masak sebentar lalu hidangkan. Alhamdulillah, resep ini cukup sukses. Terbukti Syahdu makan dengan lahapnya. Oya, saya sengaja memasukkan nasi bersama dengan ayam lebih dahulu agar lebih lunak. Khawatir Syahdu mengunyah terlalu lama hingga tak nafsu makan. Syahduku berusia 11 bulan. Lain waktu aku akan memasak sup jamur daging cincang dan juga perkedel kornet kentang. Hmmm wanginya membuat  perutku keroncongan, lagi puasa.  

2008-09-05

jualan

Puasa kali ini aku jualan kue lebaran loh... bukan bikinan sendiri sih, tapi bikinan tanteku. Ya sekalian nolong saudara. Jualnya juga ke teman-teman saja. Mudah-mudahan aja mereka mau beli dengan memperhatikan pertemanan diantara kami  Kalau ada yang berminat, bisa dibawakan contoh kuenya, bisa dicicipi, gratis!!! Kalau berminat bisa langsung pesan, diantar sampai rumah. Soal rasa jangan khawatir, karena menggunakan resep yang pasti wuenakkk.... Harganya tidak terlalu mahal, meski juga tidak terlalu murah. Yah pas lah dengan rasanya. Ayo dong beli beli beli.....

2008-08-31

Tentang Bidah

Marhaban ya Ramadhan

Kedatangan tamu yang mulia ini barangkali yang melatarbelakangi ghirah ku untuk mewarnai blog ini dengan tulisan bernapaskan keagamaan. Siang tadi aku membeli beberapa buku, sebenarnya sih banyak sekali judul buku  yang menarik  hatiku, namun akhirnya aku memutuskan untuk membeli sesuai dengan budget saja. Kali ini aku ingin menulis rangkuman (sekaligus resensi) dari buku berjudul “Bidah Tanpa Sadar” yang ditulis oleh Minbarul usrah Wal Mujtama’ terbitan pustaka At-Tibyan.

Mengetahui judulnya saja, sebagian orang akan langsung mencibir. ”Bidah lagi bidah lagi, gampang banget sih membidahkan sesuatu atau seseorang!” Ups, nanti dulu jangan langsung menilai, disini dijelaskan mengapa sesuatu perkara dapat dibidahkan.  

Ketauhilah menetapi satu sunnah adalah lebih baik daripada menyelisihinya sekalipun dengan sejuta perbuatan bidah.

Bidah adalah segala bentuk perbuatan yang tidak ada contohnya dari para pendahulu (yaitu Rasulullah shollallhu’alayhi wasalam  shollallhu’alayhi wasalam dan salafusshalih). Bidah yang diperbolehkan adalah byang berkaitan dengan masalah mu’amalah dan urusan duniawi. Seperti menciptakan berbagai alat seiring kemajuan teknologi guna membantu kehidupan manusia. Mengenai hal ini saya pernah mengalami perisitiwa lucu, ketika masih kuliah dulu ada seorang ikhwan yang terkenal mengikuti jajian tertentu dan saya diwanti-wanti agar tidak terpengaruh olehnya. Katanya dia tidak menyukai bidah. Saya yang kala itu belum tahu tetntang bidah bertanya pada kawan saya seperti apakah bidah yang dimaksud itu. Kawan saya menjawab bahwa bidah itu adalah hal-hal yang tidak ada di zaman Nabi kemudian ada di zaman ini. Saya bertanya kepada kawan saya dimana rumah ikhwan tersebut. Maksud saya, kalau tempatnya jauh dari kampus lantas dengan apakah dia pergi?? Dengan menunggang kuda atau unta ? Kawan saya tak bisa menjawabnya. Alhamdulillah ternyata setelah saya mendapat penjelasan, bukan seperti itu bidah yang dimaksud. Bila teringat hal ini saya selalu merasa lucu, menertawai kebodohan saya.

Bidah yang tidak diperbolehkan adalah bidah dalam perkara agama sesuai dengan sabda Rasulullah shollallhu’alayhi wasalam  “ Jauhilah oleh kalian perkara yang diada-adakan (dalam agama), karena setiap perkara yang diada-adakan dalam agama adalah bidah. Dan setiap bidah adalah sesat.” Nah, apa sajakah itu? Hal inilah yang akan diulas dalam buku tersebut. Berikut saya akan menuliskan rangkumannya.



1. Meyakini adanya bidah hasanah
Hukum seluruh bidah dalam ibadah adalah sesat dan tidak terbagi kepada lima hukum sebagai hukum taklifi yang lima sebagaimana yang disangka oleh sebagian manusia.
“Barangsiapa mengada-ada pada urusanku ini yang tidak ada perintah-Nya, maka itu akan tertolak.”(HR.Al Bukhari dan Muslim).


2. Mencuci kemaluan setiap kali akan berwudlu sekalipun tidak berhadats.
3. Berdo’a setiap kali akan mencuci anggota wudhu’
4. Tidak berbicara ketika wudhu’
5. Berwudhu’ ketika terkena najis
apabila seseorang telah berwudhu’ kemudian terkena najis maka tidak perlu mengulang wudhunya, cukup membersihkan najis yang mengenai anggota tubuhnya. Karena najis bukanlah hadats.
6. Membasuh leher.
7. Berkata kepada orang yang berwudhu’ “Zam-zam (kumpulkan-kumpulkan)”
8. Keyakinan sebagian orang bahwa berwudhu’ tidak sempurna kecuali tiga kali-tiga kali.
Imam Al Bukhari dalam kitab shahihnya telah menyebutkan bab berwudhu dibolehkannya berwudhu’ sekali-sekali, dua kali-dua kali dan tiga kali-tiga kali.
9. Membasuh anggota wudhu’ lebih dari tiga kali.
10. Berlebih-lebihan (israf) dalam menghias masjid
Yakni dalam memberikan hiasan berupa lukisan, kaligrafi juga lampu-lampu mewah. Hal ini menyia-nyiakan nikmat listrik, kekayaan dan harta benda.
Sempat terlintas dalam benak saya mengenai hal ini bila melihat kemegahan masjid-masjid zaman sekarang bahkan terbuat dari logam mulia. Sedagkan banyak diantara umat Islam yang tergolong tidak mampu dan membutuhkan uluran tangan saudaranya. Ternyata, Islam begitu indahnya, nurani saya hampir tidak dapat menerima jika masjid harus dihias sebegitu rupa hingga mengalahkan kepentingan lain yang jauh lebih mendesak.
11. Membangun menara masjid
12. Menjauhkan anak-anak dari masjid
” Rasulullah shollallhu’alayhi wasalam  pernah keluar untuk shalat membawa Hasan atau Husain pada salah satu shalat (Magrib atau ’Isya)”
13. Meletakkan bulan sabit di atas bubung masjid
14. Menambah tangga mimbar lebih dari tiga
15. Membangun mihrab masjid dan menghiasinya dengan kaligrafi
16. Mengkapling tempat di dalam masjid
Kita saksikan banyak sekali orang yang meninggalkan sajadah untuk mengkapling tempat tersebut khusus bagi dirinnya. Dia tidak datang ke masjid kecuali terakhir, dan bila kemudian tempatnya ditempati oleh orang lain maka ia akan menghardiknya. Hal ini adalah perbuatan yang dilarang.
17. Meninggalkan adzan pertama dalam shalat shubuh dan menambah kalimat tatswib pada adzan kedua.
18.Membaca basmalah ketika adzan
19.Perkataan seorang muadzin dalam adzan ” hayya ’ala khairil amal”
20. Mengarahkan ibu jari ke kiblat ketika muadzin mengumandangkan ”Asyhadu anna MuhammadarRasulullah shollallhu’alayhi wasalam ”
21. Menyaringkan shalawat dengan pengeras suara
22. Makmum mengucapkan kalimat, ”Aqamahallahu wa adamaha” setelah iqamah.
23. Ucapan imam, ”Innallaha laa Yanzhuru ilash Shaffil A’waji.”
24.  Membaca Al Qur’an sebelum shalat shubuh dengan pengeras suara
25. Membatasi waktu hanya sejenak antara adzan dan iqamat
26. Membaca surat Al Ikhlas sebelum iqamat
27. Mendahulukan yang sepuh dari yang ahli Al Qur’an ketika menjadi imam.
28. Membuat garis untuk meluruskan shaf shalat
29. Imam diam sejenak setelah membaca Al Fatihah
30. Makmum masbuq mengucapkan, Innallaha ma’ashshabirin ketika mendapatkan imama dalam keadaan ruku’
31. Melafadzkan niat dengan nyaring di dalam shalat.
32. Sebagian jamaah shalat menambah kalimat walaa ma’buuda siwaaka dalam doa istiftah
33. Memejamkan mata dalam shalat
34. Makmum mengangkat kepalanya ketika mengucapkan amin.
35. Mengucapkan amin, waliwalidayya, walilmuslimin
36. Membaca rabbana walakal hamdu wasy syukru
37. Mengangkat kedua telapak tangan dengan tinggi ketika i’tidal seakan-akan sedang berdoa
38. Membaca qunut pada shalat shubuh.
39. Mengangkat kedua tangan ketika imam membaca MuhammadarRasulullah shollallhu’alayhi wasalam
40. Ucapan sebagian jama’ah shalat “Ista’antu bika ya rabbi”
41. Menggerak-gerakan jari ketiak duduk diantara dua sujud
42. Menambah lafazh sayyiduna di dalam tasyahud
43. Membaca amin ketika imam membaca akhir surat Al Baqarah
44. Imam memanjangkan suaranya ketika takbir untuk tasyahud dan salam
45. Menggerak-gerakkan tangan ketika salam
46. Mengangkat dan menundukkan kepala ketika salam
47. Membaca as’alukal fauza bil jannati wa as’alukaln najaata minan naari ketika salam
48. Saling berjabat tangan ketiak selesai shalat seraya mengucapkan taqabalallah
Saling berjabat tangan kepada seseorang yang belum kita ucapkan salam kepadanya dan belum kita jabat tangannya sebelum shalat adalah diperbolehkan. Namun langsung berjabat tangan antara imam dan makmum dan sesama makmum belum didapatkan dalilnya.
49. Doa bersama-sama setelah selesai shalat
50. Mengangkat tangan ketika berdoa setelah shalat fardhu
51. Membaca surat Al Fatihah setelah selesai shalat fardhu
52. Bershalawat secar bersama-sama setiap selesai shalat Fardhu
53. Bertasbih dengan alat tasbih
54. Berlebih-lebihan dalam menangis dan khusyu’ ketika berdzikir
55. Shalat dengan rakaat tertentu antara Magrib dan ’isya
56. Menunggu imam
57. Mengganti shalat pada hari berikutnya
58. Melaksanakan shalat sunnah ketika iqamat
59. Melaksanakan shalat khamsin (lima puluh rakaat)
60. Membaca dzikir tertentu ketika sujud sahwi (karena lupa)
Bacaan yang dibaca sama saja dengan bacaan sujud lainnya
61. Mengucapkan ta’awudz ketika menguap
cukup menutupnya saja dengan tangan

Bidah pekanan
1. Membaca surat Al Jumu’ah dalam shalat ’Isya pada malam Jum’at
2. Mengkhususkan hari Kamis sebagai hari ziarah kuburah syuhada ’Uhud
3. Membaca Al Qur’an sebelum shalat jum’ay dengan pengeras suara
4. Adzan kedua pada hari Jum’at
5. Meninggalkan shalat tahiyatul masjid
6. Shalat sunnah qabliyah Jum’at
7. membaca surat Al Fatihah dianatara dua khutbah jum’at
8. Mengamini doa imam dengan mengangkat tangan
9. Khatib mengangkat tanggannya ketika berdoa
10. Mengkhususkan khutbah kedua hanya untuk berdoa
11. Memanjangkan khutbah dan memendekkan shalat

Bidah tahunan

1. Shaum pada hijrahnya Rasulullah shollallhu’alayhi wasalam
2. Perayaan tahun baru
3. Berkabung pada hari kesepuluh dari bulan Muharram
4. Pesimis dengan datangnya bulan Shafar
5. Peringatan maulid Nabi Muhammad di bulan Rabi’ul Awal
6. Shalat Raghaib di bulan Rajab
7. Peringatan Isra’ dan Mi’raj
8. Shalat Al Fiyah pada malam pertengahan bulan Sya’ban
9. Metode hisab
10. seputar ru’yat hilal Ramadhan
11. Imsak
12. Mengakhirkan berbuka
13. Seputar shalat Tarawaih
14. membaca ayat-yat sajadah
15. Mengikuti bacaan imam sambil membawa mushaf
16. Dzikir setelah dua salam shalat tarawih
17. Shalat tarawih setelah magrib
18. Peringatan untuk sahur
19. Peringatan perang Badar
20. Hafizhah Ramadhan
21. Shalat Lailatul Qadar
22. Perpisahan Ramadhan
23. Seputar Idul Fitri
24. Idul Abrar di bulan Syawal
25. Pesimis menikah pada bulan Syawal
26. shalat sunnah tahiyat baitullah adalah Thawaf
27. Mengharap berkah dengan menyentuh tirai penutup Ka’bah atau dindingnya
28. shalat sunnah dua rakaat setelah sa’i
29. Ziarah ke masjid Nabawi
30. Ziarah ke masjid bersejarah
31. Naik ke atas gunung arafat
32. Seputar Idul Adha
33.

2008-08-23

Ikhlas

Untuk menetapi kebenaran dan kesabaran adalah masalah ikhlas.

Ikhlas merupakan rahasia (diterimanya) ibadah. Kita sering melihat amalan seseorang yang begitu tekun, begitu bersungguh–sungguh, baik dalam mengeluarkan shadaqah atau pun infak akan tetapi itu semua jadi bumerang baginya (tidak mendapatkan pahala). Alloh Jalla Jalaluhu berfirman :

“Artinya : Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” [Al–Furqan : 23]

Setiap amalan yang tidak ikhlas, bukan saja amalan tersebut tidak bermanfaat bagi pelakunya tetapi juga menjadi bencana dan bahaya yang akan menimpa pelakunya. Alloh Ta’a la berfirman :

“Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali menyembah Alloh dengan memurnikan ketaatan kepadaNya (dalam menjalankan agamaNya dengan lurus)" [Al–Bayyinah : 5]

Ikhlas merupakan cahaya yang memberikan petunjuk dan menyinari pelakunya menuju jalan keselamatan serta mendekatkan diri kepada Alloh Jalla jalaluhu.

Untuk mewujudkan keikhlasan membutuhkan ketekunan, kesabaran serta kesungguhan, sebab menanamkan keikhlasan bukanlah perkara yang mudah karena setan selalu mengawasi gerak–gerik manusia. Alloh Jalla Jalaluhu berfirman.

“Artinya : Iblis menjawab : “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba–hambaMu yang mukhis di antara mereka.” [As–Shad : 82–82]

Yang dinamakan mukhlis adalah orang yang dikokohkan keikhlasan dan kemurnian niatnya serta kesucian hatinya menuju Rabbul Bariyyah, Yang Maha Mulia dalam ketinggian serta Agung, berada di atas ‘Arsy). Alloh Jalla Jalaluhu berfirman :

“Artinya : Dan orang–orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami benar–benar akan tunjukkan jalan–jalan tersebut" [Al–Ankabut : 69]

Perjalanan hidup manusia dalam beramal, kadang kala diliputi oleh rasa ikhlas dan jujur untuk melawan tipu daya setan ; yang mana (setan) tersebut selalu menghiasi amalannya yang tidak ikhlas dibuat seperti amalan yang ikhlas.

Demikian juga sebaliknya kadang kala setan menghiasi amalan orang yang ikhlas dibuat seperti amalan orang yang tidak ikhlas sehingga membuat dia berhenti dari beramal dan tidak beristiqomah.

Oleh karena itu, orang yang benar–benar memiliki kejujuran (dalam beribadah) kepada Alloh Jalla Jalaluhu, akan tetapi konsisten dalam beramal dan mampu menghalau tipu daya setan dengan melawan kecenderungan hawa nafsunya yang selalu mengarah kepada kejelekan. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam dalam hadits qudsi, Alloh Jalla Jalaluhu berfirman

“Artinya : Aku sesuai dengan persangkaan hambaKu terhadap diriKu [HR. Bukhari 7405 Muslim 6952 ; bersumber dari Abu Hurairah Rhadhiallahu ‘anhu]

Maka berprasangka baiklah kepada Alloh Jalla Jalaluhu dan peruntukkanlah semua amal kebaikanmu hanya kepada Alloh Jalla Jalaluhu semata. Perangilah was–was setan dan hawa nafsumu, niscaya Alloh Jalla Jalaluhu akan menolongmu.

Kedua
Perihal “berpegang teguh kepada Sunnah Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam yang suci lagi mulia” dan hal itu merupakan salah satu syarat diterimanya amal seorang hamba, karena amal tidak akan diterima kecuali memenuhi dua syarat, sebagaimana seekor burung tidak akan terbang kecuali dengan dua sayap.

Syarat yang pertama adalah Ikhlas adapun syarat kedua adalah ittiba’ (mengikuti Sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam), kedua syarat tersebut merupakan wujud realisasi dari kalimat syahadah “Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah”

Adapun maknanya adalah “laa ma’buuda bihaqqin illalloh” (tidak ada sesembahan yang benar kecuali Alloh Jalaalahu) dan kalimat “Muhammad Rasulullah” adalah “Laa matbuu’a bihaqqin illa Rasulullah” (tidak ada seorang pun yang patut diikuti kecuali Rasulullah).

Alloh Jalla Jalahu berfirman ketika menyifati diriNya :

“Artinya : Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya” [Al–Mulk : 2]

Berkata Fudhail Bin Iyadh : “Yang dimaksud dengan ‘ahsanu amalan’ adalah amalan yang paling ikhlas dan paling baik.” Mereka mengatakan : “Wahai Abu ‘Ali (ini merupakan kunyah beliau pada saat itu), apa yang dimaksud dengan amalan yang paling ikhlas dan paling baik ?” Beliau menjawab : “Amalan yang paling ikhlas adalah amalan yang diperuntukkan hanya kepada Alloh semata dan amalan yang paling baik adalah amalan yang sesuai dengan Sunnah Rasulullah.”

Sunnah yang mulia ini merupakan petunjuk menuju jalan Alloh yang lurus. Bagaimana tidak ? Alloh telah mengaitkan hidayah seorang hamba yang ia selalu minta kepadaNya pada setiap siang dan malam tidak kurang dari 17 kali tatkala ia mengucapkan’ ihdinash shirotol mustaqim’ (tunjukilah kami kepada jalan yang lurus) maka Alloh telah mengaitkan bukti wujud hidayah seorang hamba dengan mengikuti Sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam dalam firmanNya :

“Artinya : Dan jika kalian menaatinya (Rasul) niscaya kalian akan mendapatkan hidayah” [An–Nur : 54]

Jika kalian mengikuti Sunnahnya, melaksanakan perintahnya dan menjadikannya sebagai suri tauladan maka kalian akan mendapatkan petunjuk dan keselamatan. Sungguh, Alloh telah berfirman dalam kitabNya :

“Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Alloh” [Al–Ahzab : 21]

Oleh karena itu, Alloh mengaitkan bukti cinta terhadapNya dengan mencintai Rasulullah Sholallohu ‘alaihi wa salam dan mengaitkan seluruh kecintaan ini dalam bentuk mengikuti Sunnah Rasulullah. Alloh Jalla jalaluhu berfirman :

“Artinya : Jika kamu benar–benar mencintai Alloh maka ikutilah aku, niscaya Alloh akan mengasihimu” [Ali Imron : 1]

Inilah timbangan yang benar dalam hal kecintaan. Tidaklah bukti cinta kepada Rasulullah Shalallohu ‘alaihi wa salam hanya melibatkan perasaan semata, tanpa dibarengi dengan amalan yang benar serta ittiba’ yang kokoh.

Memang benar, cinta itu melibatkan perasaan dan harapan, akan tetapi seluruhnya tidak bernilai benar, kecuali dengan ber–qudwah dan mengikuti Rasululloh Shalallohu ‘alaihi wa salam sepenuhnya, sehingga bentuk kecintaan kita kepada Rasulullah Shalallohu ‘alaihi wa salam merupakan wujud kecintaan kita kepada Alloh, sedangkan cinta kepada Nabi Shalallohu ‘alaihi wa salam adalah dengan mengikuti Sunnahnya.

Ketiga.
Merupakan perkara yang sangat fundamental dan mendasar sekali, yaitu yang berkenaan dengan arti pentingnya ilmu, bagaimana antusias kita dalam menuntutnya, mengamalkannya, serta mendakwahkannya.

Pada dasarnya, setiap hamba muslim adalah da’i menuju Alloh, sehingga seluruh kehidupannya dicurahkan untuk memurnikan keikhlasan kepada Alloh dan berittiba’ kepada Rasulullah Shalallohu ‘alaihi wa salam kesemuanya itu tidak akan terwujud kecuali dengan adanya ilmu, belajar dan mengajar. Ibnu Hajar telah menjelaskan hadits pertama dari Shahih Bukhari yang berbunyi.

“Artinya : Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niatnya dan seseorang akan mendapatkan apa yang ia niatkan” [HR. Bukhari 1, bersumber dari Umar Bin Khaththab]

Beliau menjelaskan, hadist ini merupakan dalil yang yang menunjukkan bahwa ilmu itu mendahului niat. Kalau engkau tidak mengetahui apa yang akan engkau katakan atau yang akan engkau kerjakan, bagaimana engkau bisa memurnikan dan membedakan niat ? Hal itu dikuatkan dengan firman Alloh :

“Artinya : Ketahuilah bahwa tidak illah yang haq disembah melainkan Alloh, maka mohonlah ampunan bagi dosamu” [Muhammad : 19]

Al–Imam Bukhari menjadikan ayat ini pada salah satu bab dalam kitab Shahihnya. Beliau berkata “Bab Ilmu sebelum berkata dan berbuat”, kemudian beliau mengomentari ayat tersebut : “Maka Alloh Jalla Jalaluhu telah memulai dengan ilmu sebelum berucap dan beramal.”

Berilmulah, wahai saudaraku ! Dan jadikanlah tujuan kalian dalam menuntut ilmu, mencari keridhaan Alloh Jalla Jalaluhu, jujur dan kembali kepadaNya. Janganlah engkau jadikan tujuan menuntut ilmu dalam rangka membantah ulama, menonjolkan diri dalam majelis, bersaing dan pamer kepada khalayak ramai. Rasulullah Shalallohu ‘alaihi wa salam bersabda.

“Arrtinya : Barang siapa menuntut ilmu untuk membodohi orang, atau menantang para ulama, atau mencari perhatian manusia, maka dia masuk neraka” [Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Muqaddimah 253, dan dishahihkan Al–Albani lihat Al–Misykat 225–226 ; bersumber dari sahabat Ibnu Umar Rhadiyallahu ‘anhu]

Hadits ini merupakan peringatan keras bagi orang yang tidak ikhlas dalam menuntut ilmu, serta tujuannya dalam menuntut ilmu tidak dalam rangka mencari keridhoan Alloh Jalla Jalaluhu.

Sebagaimana yang telah saya sampaikan sebelumnya, bahwa syetan selalu mengintai dan membisikkan kepadamu untuk tidak berbuat ikhlas kepada Alloh Jalla Jalaluhu, maka janganlah engkau menggubrisnya dan upayakanlah dirimu untuk senantiasa ikhlas dalam segala hal, utamanya menuntut ilmu, oleh karena itu teruslah menuntut ilmu !.

Berkata Sufyan Ats–Tsauri : “Dulu kami menuntut ilmu untuk selain Alloh tetapi ilmu itu enggan kecuali hanya untuk Alloh Jalla Jalaluhu.” Maknanya, jiwa itu selalu memiliki tuntutan serta keinginan, terlebih lagi ketika menginjak usia muda dan memasuki usia remaja, jiwa ini memiliki keinginan dan dorongan yang sangat kuat untuk melakukan berbagai macam perkara sesuai dengan kadar kejahilannya, atau ilmu yang dimiliki serta keikhlasan kepada Rabbnya serta keikhlasan kepada Rabbnya serta rasa ittiba’nya kepada Rasulullah Shalallohu ‘alaihi wa salam.

[Disalin dari Majalah Al-Furqon Edisi 8 Tahun V/Rabi’ul Awwal 1427H/April 2006. Dengan Judul Nasehat Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari Hafizhahullah. Penerbit Lajnah Dakwah Ma’had Al-Furqon, Alamat Maktabah Ma’had Al-Furqon, Srowo Sidayu Gresik Jatim 61153, Judul artikel oleh Redaksi Almanhaj]

2008-08-22

Halo, ayah dimana ?

Kriiing... kriing.....! ! !

Bunyi telepon membuat anakku Syahdu melepaskan sejenak mainannnya. Lalu dia menoleh kepadaku seakan bertanya, "bunda ada telepon tuh, koq ga diangkat-angkat?" Lalu karena aku tidak juga mengangkat teleponnya, Syahdu pun mulai beranjak dari tempatnya menuju telepon diletakkan. Dia sudah hapal dimana telepon berada, kemudian langsung saja dia mengangkat telepon itu dan seakan berujar "halo... siapa ni? ayah?" Hahahhaha lucu sekali melihat adegan itu . Tambah lagi dia sok menekan tuts telepon mengikuti gayaku kalau sedang menelepon. Lalu diapun meletakkan telepon itu (meski belum pada tempatnya). Ah.. Syahdu, kamu lucu sekali nak. Kalau ditanya apa yang membuatku tersenyum hari ini (setiap harinya), pastilah karena dirimu nak. Dirimu dan kelucuan yang kau buat. Meskipun kamu suka buat bunda jengkel karena mengobrak-abrik baju yang sudah disetrika juga mengacak-acak semua bagian rumah, bunda tetap sayaaaaang sama Syahdu.  I love you bibeh

marhaban ya Ramadhan

Tak terasa Ramadhan kedua (After married) sudah hampir tiba. Rasanya aku ingin cepat-cepat ia datang. Mengingat Ramadhan lalu tak kulalui dengan seharusnya. Kehamilan yangsudah diujung bulan, membuatku tidak dapat menikmati Ramadhan seutuhnya. Selain itu Idul Fitri kali ini akan menjadi berbeda dari tahun yang lalu dimana kami tidak bisa kemana-mana waktu itu. Maklumlah, syahdu baru saja lahir dan kondisi badanku belum pulih pasca melahirkan. Jadilah kami hanya berlebaran di rumah saja . Ramadhan dan Idul Fitri kali ini akan semakin semarak dengan kehadiran buah hatiku yang sudah semakin besar. Di anganku sudah terbayang rencana Ramadhan dan Idul Fitri yang akan kami lewatkan bersama-sama. Meski yang hilang belum juga kembali seutuhnya , aku akan menafikan semua itu dan tetap bersyukur dengan apa yang telah Allah subahanahu wata'ala berikan padaku, pada kami sekeluarga. Aku  memohon agar Ramadhan dan idul Fitri akan menempa kami menjadi manusia yang lebih baik, hamba Allah yang lebih taat dari waktu yang lalu. Agar kami mampu mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warrahmah dalam naungan hidayah Illahi. Hmmm Ramadhan, sudah tercium aroma wewangianmu. Sampaikan aku padamu.

with love

me and my family 

Pesan Jibril Menjelang Ramadhan

Dari Ramadhan ke Ramadhan masalah ini sering sekali ditanyakan, dan hadits yang anda tanyakan, saya dapatkan dalam kitab Sifat Puasa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang ditulis oleh Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaly dan Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid.

Untuk lebih jelasnya, makna hadits tersebut bisa anda baca salinan di bawah ini.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu juga, (bahwasanya) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah naik mimbar kemudian berkata, "Amin, Amin, Amin." Ditanyakan kepadanya, "Ya Rasulullah, engkau naik mimbar kemudian mengucapkan Amin, Amin, Amin?" Beliau bersabda, "Artinya : Sesungguhnya Jibril 'Alaihis salam datang kepadaku, dia berkata, "Barangsiapa yang mendapati bulan Ramadhan tapi tidak diampuni dosanya maka akan masuk neraka dan akan Allah jauhkan dia,  katakan "Amin", maka akupun mengucapkan Amin...."

[Hadits Riwayat Ibnu Khuzaimah 3/192 dan Ahmad 2/246 dan 254 dan Al-Baihaqi 4/204 dari jalan Abu Hurairah. Hadits ini shahih, asalnya terdapat dalam Shahih Muslim 4/1978. Dalam bab ini banyak hadits dari beberapa orang sahabat, lihatlah dalam Fadhailu Syahri Ramadhan hal.25-34 karya Ibnu Syahin]

Disalin  dari Sifat Puasa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, hal. 27-28, Pustaka Al-Haura.

Yang lebih lengkap lagi akan disalinkan dari buku Birrul Walidain oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, hal. 44-45 terbitan Darul Qalam. Artinya: Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam naik ke atas mimbar kemudian berkata, "Amin, amin, amin". Para sahabat bertanya. "Kenapa engkau berkata 'Amin, amin, amin, Ya Rasulullah?" Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Telah datang malaikat Jibril dan ia berkata : 'Hai Muhammad celaka seseorang yang jika disebut nama engkau namun dia tidak bershalawat kepadamu dan katakanlah amin!' maka kukatakan, 'Amin', kemudian Jibril berkata lagi, 'Celaka seseorang yang masuk bulan Ramadhan tetapi keluar dari bulan Ramadhan tidak diampuni dosanya oleh Allah dan katakanlah amin!', maka aku berkata : 'Amin'. Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata lagi. 'Celaka seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah seorang dari keduanya masih hidup tetapi justru tidak memasukkan dia ke surga dan katakanlah amin!' maka kukatakan, 'Amin".

[Hadits Riwayat Bazzar dalama Majma'uz Zawaid 10/1675-166, Hakim 4/153 dishahihkannya dan disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi dari Ka'ab bin Ujrah, diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 644 (Shahih Al-Adabul Mufrad No. 500 dari Jabir bin Abdillah)]

Dengan demikian, hadist diatas tidak ada hubungan dengan keharusan bermaafan sebelum puasa Ramadhan.

Meminta maaf dan memaafkan seseorang dapat dilakukan kapan saja, dan tidak ada tuntunan syari'at harus dikumpulkan dulu dan menunggu sampai menjelang bulan Ramadhan.

Wallahu 'alam


sumber:
http://wiki.direktif.web.id/moin.cgi/PesanJibrilMenjelangRamadhan

2008-08-14

syahdu




tiga lelaki dalam hidupku, adik, suami dan anakku. I love you all.

Merindukan Ketenangan

Dalam hatiku dan jiwaku
hanyalah ketenangan menjalani hidup yang kuinginkan
bukan harta ataupun pujian
cukuplah anakku sebagai harta berharga untukku
hanyalah sebuah ketenangan yang kuinginkan
ketenangan merajut hari-hariku bersama
orang-orang yang kucintai dan mencintaiku

Beautiful Life




Since u came into my life, the life is wonderful

Yang berhak menentukan harta waris

Pembagian Harta Waris, Siapakah Yang Berwenang Membagi Harta Waris?

Rabu, 10 Januari 2007 01:45:28 WIB

PEMBAGIAN HARTA WARIS


Oleh
Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron
Bagian Pertama dari Dua Tulisan 1/2




Problema keluarga sehubungan dengan pembagian harta waris atau pusaka, akan bertambah rumit manakala diantara para ahli waris ingin menguasai harta peninggalan, sehingga berdampak merugikan orang lain. Tak ayal, permusuhan antara satu dengan lainnya sulit dipadamkan. Akhirnya solusi yang ditawarkan dalam pembagian waris tersebut ialah dengan dibagi sama rata. Atau ada juga yang menyelesaikannya di meja pengadilan dan upaya lainnya.

Sebagai kaum Muslimin, sesungguhnya untuk menyelesaikan permasalahan waris ini, sehingga persaudaraan di dalam keluarga tetap terjaga dengan baik, maka tidak ada jalan lain kecuali kembali kepada Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari sinilah penulis ingin menyampaikan perkara ini. Meski singkat, kami berharap semoga bermanfaat.

SIAPAKAH YANG BERWENANG MEMBAGI HARTA WARIS?
Adapun yang berwenang membagi harta waris atau yang menentukan bagiannya yang berhak mendapatkan dan yang tidak, bukanlah orang tua anak, keluarga atau orang lain, tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena Dia-lah yang menciptakan manusia, dan yang berhak mengatur kebaikan hambaNya.

“Artinya : Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu, bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan…”[An-Nisa : 11]

“Artinya : Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah : “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah, (yaitu) jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan…” [An-Nisa : 176]

Sebab turun ayat ini, sebagaimana diceritakan oleh sahabat Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ‘anhu bahwa dia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan dengan harta yang kutinggalkan ini”? Lalu turunlah ayat An-Nisa ayat 11. Lihat Fathul Baari 8/91, Shahih Muslim 3/1235, An-Nasa’i Fil Kubra 6/320

Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ‘anhu berkata, datang isteri Sa’ad bin Ar-Rabi’ kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa dua putri Sa’ad. Dia (isteri Sa’ad) bertanya :”Wahai Rasulullah, ini dua putri Sa’ad bin Ar-Rabi. Ayahnya telah meninggal dunia ikut perang bersamamu pada waktu perang Uhud, sedangkan pamannya mengambil semua hartanya, dan tidak sedikit pun menyisakan untuk dua putrinya. Keduanya belum menikah….”. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allahlah yang akan memutuskan perkara ini”. Lalu turunlah ayat waris.

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil paman anak ini, sambil bersabda : “Bagikan kepada dua putri Sa’ad dua pertiga bagian, dan ibunya seperdelapan Sedangkan sisanya untuk engkau”[Hadits Riwayat Ahmad, 3/352, Abu Dawud 3/314, Tuhwatul Ahwadzi 6/267, dan Ibnu Majah 2/908,Al-Hakim 4/333,Al-Baihaqi 6/229. Dihasankan oleh Al-Albani. Lihat Irwa 6/122]

Berdasarkan keterangan diatas jelaslah, bahwa yang berwenang dan berhak membagi waris, tidak lain hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan Allah mempertegas dengan firmanNya : “Ini adalah ketetapan dari Allah”. Dan firmanNya : “Itu adalah ketentuan Allah”. Lihat surat An-Nisa ayat 11,13, dan 176.

Ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sangat tepat dan satu-satunya cara untuk menanggulangi problema keluarga pada waktu keluarga meninggal dunia, khususnya dalam bidang pembagian harta waris, karena pembagian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti adil. Dan pembagiannya sudah jelas yang berhak menerimanya..Oleh sebab itu, mempelajari ilmu fara’idh atau pembagian harta pusaka merupakan hal yang sangat penting untuk menyelesaikan perselisihan dan permusuhan di antara keluarga, sehingga selamat dari memakan harta yang haram.

Berikutnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menentukan pembagian harta waris ini untuk kaum laki-laki dan perempuan. Allah berfirman.

“Artinya : Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan” [An-Nisa : 7]

Dalil pembagian harta waris secara terperinci dapat dibaca dalam surat An-Nisa ayat 11-13 dan 176.

BARANG YANG DIANGGAP SEBAGAI PENINGGALAN HARTA WARIS
Dalam ilmu fara’idh, terdapat istilah At-Tarikah. Menurut bahasa, artinya barang peninggalan mayit. Adapun menurut istilah, ulama berbeda pendapat. Sedangkan menurut jumhur ulama ialah, semua harta atau hak secara umum yang menjadi milik si mayit. Lihat Fiqhul Islam Wa Adillatih 8/270.

Muhammad bin Abdullah At-Takruni berkata : “At-Tarikah ialah, segala sesuatu yang ditinggalkan oleh mayit, berupa harta yang ia peroleh selama hidupnya di dunia, atau hak dia yang ada pada orang lain, seperti barang yang dihutang, atau gajinya, atau yang akan diwasiatkan, atau amanatnya, atau barang yang digadaikan, atau barang baru yang diperoleh sebab terbunuhnya dia, atau kecelakaan berupa santunan ganti rugi. Lihat kitab Al-Mualim Fil Fara’idh hal.119

Adapun barang tidak berhak diwaris, diantaranya:

[1]. Peralatan tidur untuk isteri dan peralatan yang khusus bagi dirinya, atau pemberian suami kepada isterinya semasa hidupnya. Lihat Fatawa Lajnah Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah wal Ifta 16/429

[2]. Harta yang telah diwakafkan oleh mayit, seperti kitab dan lainnya. Lihat Fatawa Lajnah Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah wal Ifta 16/466

[3]. Barang yang diperoleh dengan cara haram, seperti barang curian, hendaknya dikembalikan kepada pemiliknya, atau diserahkan kepada yang berwajib. Lihat keterangannya di dalam kitab Al-Muntaqa Min Fatawa, Dr Shalih Fauzan 5/238

Semua barang peninggalan mayit bukan berarti mutlak menjadi milik ahli waris, karena ada hak lainnya yang harus diselesaikan sebelum harta peninggalan tersebut dibagi. Hak-hak yang harus diselesaikan sebelum harta waris tersebut dibagi ialah sebagai berikut.

[1]. Mu’nat Tajhiz Atau Perawatan Jenazah
Kebutuhan perawatan jenazah hingga penguburannya. Misalnya meliputi pembelian kain kafan, upah penggalian tanah, upah memandikan, bahkan perawatan selama dia sakit. Semua biaya ini diambilkan dari harta si mayit sebelum dilakukan hal lainnya. Berdasarkan perkataan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Dan kafanillah dia dengan dua pakaianya” [Hadits Riwayat Bukhari 2/656, Muslim 2/866] Maksudnya, peralatan dan perawatan jenazah diambilkan dari harta si mayit.

[2]. Al-Huquq Al-Muta’aliqah Bi Ainit Tarikah Atau Hak-Hak Yang Berhubungan Dengan Harta Waris.
Misalnya barang yang digadaikan oleh mayit, hendaknya diselesaikan dengan menggunakan harta si mayit, sebelum hartanya di waris. Bahkan menurut Imam Syafi’i, Hanafi dan Malik. Didahulukan hak ini sebelum kebutuhan perawatan jenazah, karena berhubungan dengan harta si mayit. Lihat Fiqhul Islami wa Adillatihi 8/274. Tas-hil Fara’idh, 9. Dalilnya ialah, karena perkara ini termasuk hutang yang harus diselesaikan oleh si mayit sebagaimana disebutkan di dalam surat An-Nisa ayat 12, yaitu : “Sesudah dibayar hutangnya”.

[3]. Ad-Duyun Ghairu Al-Muta’aliqah Bit Tarikah Atau Hutang Si Mayit
Apabila si mayit mempunyai hutang, baik yang behubungan dengan berhutang kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, seperti membayar zakat dan kafarah, atau yang berhubungan dengan anak Adam, seperti berhutang kepada orang lain, pembayaran gaji pegawainya, barang yang dibeli belum dibayar, melunasi pembayaran, maka sebelum diwaris, harta si mayit diambil untuk melunasinya. Dalilnya ialah.

“Artinya : Sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi madharat (kepada ahli waris)” [An-Nisa : 12]

[4]. Tanfidzul Wasiyyah Atau Menunaikan Wasiat
Sebelum harta diwaris, hendaknya diambil untuk menunaikan wasiat si mayit, bila wasiat itu bukan untuk ahli waris, karena ada larangan hal ini, dan bukan wasiat yang mengandung unsur maksiat, karena ada larangan mentaati perintah maksiat. Wasiat ini tidak boleh melebihi sepertiga, karena merupakan larangan. Dalilnya, lihat surat An-Nisa ayat 12 yaitu : “Sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat”.

Jika empat perkara di ats telah ditunaikan, dan ternyata masih ada sisa hak milik si mayit, maka itu dinamakan Tarikah atau bagian bagi ahli waris yang masih hidup. Dan saat pembagian harta waris, jika ada anggota keluarga lainnya yang tidak mendapatkan harta waris ikut hadir, sebaiknya diberi sekedarnya, agar dia ikut merasa senang, sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 8.
Share