2008-10-19

Sembilan Ratus Ribu Rupiah

Angka itu tentu ada nilainya, tapi besar kecilnya berbeda ukurannya bagi setiap orang
Sore itu, saat hujan belum berhenti, seorang ibu datang mengetuk pintu pagarku. Aku sedang sholat ashar, jadi terpaksa ia kubiarkan mengucap salam berkali-kali. Setelah kulihat ternyata yang datang adalah ibu yang juga merupakan tetangga dari ibuku. Ibu ini datang menyampaikan maksudnya untuk meminjam uang sebesar sembilan ratus ribu rupiah. Uang itu hendak ia pergunakan untuk membiayai anak keduanya yang baru saja melahirkan. Menantunya pergi entah kemana, membawa buku nikah dan uang limapuluh ribu rupiah. Cucunya sudah lahir ke dunia, namun belum bisa pulang karena biaya yang belum terbayarkan. Dan biaya itu akan semakin membengkak bila tidak segera dilunasi. Sebelumnya juga ia terpaksa menjual motor yang digunakan sebagai mata pencaharian suaminya guna melunasi biaya melahirkan anak pertamanya pada dua bulan sebelumnya. Anak pertamanya ini terpaksa melahirkan secara caesar dikarenakan air ketuban yang hampir kering. Biayanya mencapai tujuh juta rupiah. Suami dari anaknya ini tidak mempunyai pekerjaan tetap. Ibu itu membawa surat tanah milik keluarganya yang ia maksudkan sebagai penjamin. Sebagai seorang perempuan yang juga pernah melahirkan dan juga seorang istri sekaligus ibu, aku tahu rasanya kesulitan seperti itu. Tak tega namun tak berdaya. Aku mencoba menasehati ibu itu untuk mencari pinjaman pada keluarganya. Namun katanya hal itu sudah dilakukan dan mereka tidak mau peduli. Kepada orang lain ia merasa malu dan sungkan. Ibu itu datang padaku dengan penuh pengharapan. Aku sungguh berterimakasih karena sebagai manusia aku masih dianggap dapat menolong orang lain yang kesulitan. Namun apa daya kondisiku saat ini tak mampu menolongnya seratus persen. Aku hanya mampu memberikan sesuai kemampuanku. Sisa hadiah yang dimiliki Syahdu berupa kasur bayi dan baju-baju bayi miliknya kuberikan saja untuk ibu itu. Padahal hanya itu saja yang dapat kuberikan, namun ia senang bukan main. Ya Allah, aku hanya dapat mendoakan semoga ibu itu diberikan kemampuan membayar keperluan anak dan cucunya. Dan semoga kelak kami diberikan kemampuan untuk membantu lebih banyak lagi. Amin....

Kisah ibu itu mengharukan bagiku. Seorang ibu yang terus berjuang untuk anak-anaknya. Meski anaknya kerap menyusahkan dirinya. Yang meruntuhkan rasa malu dan membuang sejenak harga dirinya demi tercukupi kebutuhan keluarganya. Karena tak semua ibu seperti itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar baik berupa kritik maupun apresiasi baik yang sopan amat saya nantikan, terima kasih telah singgah di blog ini :)

Share