2013-04-19

Memilih Sekolah untuk Syahdu (ada tipsnya juga loh)

Aku tergelitik untuk menuliskan tema ini setelah banyak teman yang menanyakan pendapat  atau informasi seputar sekolah yang baik bagi anak-anak mereka. Sebagai seorang Ibu yang juga seorang guru, aku memiliki pendapat dan cara tersendiri dalam memilih sekolah. Dengan keterbatasan waktu dan tenaga yang kumiliki tentu saja aku akan lebih memilih sekolah yang dekat dengan rumah. Semenjak usia dua tahun Abang Syahdu sudah ingin sekali sekolah. Disebabkan tetangga teman mainnya kebanyakan anak berusia 2-3 tahun lebih tua darinya. Anak-anak itu bersekolah TK, sehingga abang jadi kesepian dan ingin sekolah. Meski saat itu abang sudah mengenal huruf abjad dan berhitung sampai dengan 10, menuruti kemauannya untuk segera bersekolah tetap harus dipertimbangkan. Well, aku ga mau abang hanya sekedar keinginan sesaat saja lantas bosan. Atau kengerian selanjutnya adalah kejemuan yang akan dihadapi si abang di usia Sekolah Dasar, intinya takut kelamaan di TK begitu. Sementara untuk memasukkan di playgroup juga pilihan yang sulit. TK terdekat dari rumah kami tidak memiliki playgroup. Kebanyakan adalah playgroup dengan biaya yang mahal (uang pangkal di atas 3 juta) dan cukup jauh. Lagipula, rasanya playgroup tidaklah terlalu penting bagi abang.

 Alhasil akupun memasukkannya di TPA yang berbasis di Masjid komplek. Bukan cuma sekedar murah meriah dan dekat, alasan lainnya aku ingin mengetahui sejauh mana anakku siap untuk sekolah, anggaplah belajar di TPA melatihnya bersosialisasi. Lokasi TPA yang berada di teras Masjid juga menjadi pilihan utamaku dengan harapan menumbuhkan kecintaan abang pada Masjid. dengan usianya yang masih muda itu abang termasuk anak yang tekun belajar dan mandiri. Tak sekalipun dia menangis atau mengambek saat mengaji. Empat bulan kemudian aku tertarik memasukkan abang ke Bimba AIUEO, waktu itu belum terkenal seperti saat ini. Dengan iming-iming kelas trial gratis selama 3x, akupun mengikutkan abang disana. Diluar dugaan, si abang betah banget, malah aku disuruhnya pulang alias ga boleh nungguin dia disana. Belajarnya memang cuma satu jam saja dengan waktu yang fleksibel bisa dipilih sesuai keinginan. Rasanya ini pilihan yang cukup tepat mengingat kesibukanku juga sebagai seorang guru. Jadi aku kan bisa tetap mengantar-jemput Syahdu sekolah, ini adalah salah satu keasyikan seorang Ibu. 

 Gb 1. salah satu kegiatan TPA, Pawai Ramadhan (lihat betapa cerianya dia :) )


Di usianya yang ke-4 aku mulai hunting TK. Syahdu telah memiliki bekal lumayan, bisa menulis, membaca dua suku kata, dan berhitung cukup lumayan, anaknya juga mandiri. Rasanya tidak perlu TK yang "wah" untuk mengasah kemampuannya sebagai loncatan menuju Sekolah Dasar. Pilihanku jatuh pada TK yang jaraknya sekitar 1km saja dari rumahku. Alasannya karena ternyata Kepala Sekolahnya adalah kenalan ibuku dan dari diskusi panjang beliau adalah seorang Kepala Sekolah yang  care dengan anak didiknya. Guru-gurunya juga ramah, bayarannya cukup murah tidak banyak menguras kantong. Yang paling penting, aku merasa aman bila Syahdu bersekolah disitu. Alhamdulillah, perkembangan kognitif Syahdu berkembang baik dan tidak ada masalah yang berarti selama bersekolah disana. 

Gb.2. Syahdu di tengah kawan-kawan TK
Gb.3. Salah satu kegiatan TK, PORSENI di Ancol
 
Nah, kembali hunting Sekolah Dasar. Selain hunting rumah, au paling suka hunting sekolah. Hunting SD ini sudah kulakukan setahun sebelumnya. Pilihanku adalah SD swasta Islam. Mengapa bukan SD Negeri? Bukan karena gengsi atau apa, SD Negeri sekarang ini kualitasnya jauh menurun dibadingkan jaman dahulu aku bersekolah. Meski dulu belum ada sertifikasi guru dan tunjangan ini itu guru SD memberikan dedikasi terbaiknya. Tidak seperti sekarang ini, guru SD negeri seakan malas mengajar. Menimpakan tugas dan tanggung jawabnya untuk mengajar membaca kepada guru  TK dan kurang perhatian terhadap anak didiknya. ditambah lagi aneka jajanan tidak sehat yang ada di sekitar SD Negeri, hiii serem. Yang tak kalah pentingnya, kenyataan bahwa SD Negeri belum ada yang memiliki keunggulan muatan pelajaran Islam semisal hapalan Qur'an. SDIT banyak tersebar di wilayah tempatku tinggal, namun SDIT yang terdekat terkenal dengan biaya pendidikannya yang semakin mahal saja. Sayangnya tidak diimbangi dengan keberadaan guru-guru yang loyal. Tak tanggung-tanggung uang pangkal 15 juta rupiah! Buat keluarga muda seperti kami dengan anak dua, tentunya harus berpikir panjang. Akupun berdoa agar kiranya ada sekolah baru yang tak jauuh kualitasnya dengan SDIT mahal tersebut. Alhamdulillah, berdasarkan informasi para tetangga, tersebutlah sebuah SDIT baru dengan biaya cukup terjangkau. SD ini telah menginjak tahun kedua, namun animo dari masyarakat begitu besar. Empat kelas yang dibuka (tiap kelas 20 anak). Untunglah masih jodoh, Syahdu terdaftar sebagai calon siswa urutan ke 78, nyaris saja. Uang pangkal 4 juta saja, dicicil sejak Januari- Juli. Lumayan bisa bernapas. Pendaftaran telah tutup sejak 22 Desember. syukurlah sekolah ini juga memiliki kelebihan tersendiri yang membedakannya dengan SDIT pendahulunya. Yaitu metode pembelajaran yang memadukan sekolah alam dengan sekolah biasa. Tadinya, aku tertarik sama sekolah alam, tapi pas lihat sekolahnya seperti apa dan ngobrol sama Kepala Sekolahnya, hatiku ga sreg.

Ada juga suami temanku yang begitu ingin memaksakan anaknya, yang barus berusia 2 tahun, untuk bersekolah di playgroup bergengsi. Uang masuk di atas 5 juta. Dengan alasan ingin memberikan pendidikan terbaik bagi anaknya. Hal seperti ini harus dipikirkan matang-matang, sebab anak lekas bosan, saya khawatir di usia seperti itu kemudian dengan bayaran yang mahal, maka yang ada orang tua akan sulit men-toleransi anak bila suatu saat ia mogok sekolah. Dengan dalih telah membayar biaya yang cukup mahal maka anak akan dipaksakan untuk rajin ke sekolah. Sementara anak-anak usia dini rentan bosan dan belum memiliki rasa tanggung jawab. Mengingat kebanyakan teman-teman saya adalah keluarga muda dengan penghasilan rata-rata. Kecuali, kebanyakan orang elit yang memang bingung membuang duit, tak apalah mereka menyekolahkan anaknya di tempat-tempat mahal. Sesuatu yang dipaksakan tak baik juga akibatnya, lebih baik kelebihan uang yang ada ditabung untuk keperluan sekolahnya di masa mendatang. Dimana biaya akan semakin tinggi.   

Aku lebih suka membelikan anak-anakku buku-buku dan mainan edukatif yang dapat kami lakukan bersama di rumah. Aku selalu mengingatkan diriku sendiri bahawa aku adalah seorang guru. aku mampu memberikan dedikasi yang baik kepada anak didikku dan mencetak mereka sebagai lulusan yang baik. Lalu mengapakah aku tidak kulakukan juga pada anak-anakku? Meskipun aku bukan guru TK ataupun SD tapi tetaplah anak-anak adalah tanggung jawabku. Gelar sarjana ini akan kumanfaatkan bagi kebaikan anak-anakku. Alhamdulillah abang Syahdu anak yang mudah diajak belajar, ia cerdas dan kritis sehingga adiknya pun mengikuti setiap kami belajar bersama. Satu paket buku belajar merk Grolier cukuplah menemani belajar anak-anakku di rumah, selain juga vcd-vcd belajar yang ada.

tips:
  • Setiap sekolah memiliki ciri khas dan metode yang diunggulkan, sekolah yang bagus adalah yang cocok metode belajarnya dengan anak kita, karena setiap anak berbeda maka carilah yang sesuai dengan kondisi anak kita. Bagus untuk anak tetangga, belum tentu bagus untuk anak kita loohhh.
  • Murah belum tentu tidak berkualitas dan mahal belum tentu berkualitas, hati-hati jangan sampai tertipu. Baiknya mencari informasi selengkap-lengkapnya.     
  • Hunting Sekolah Dasar sebaiknya dilakukan satu  tahun sebelumnya, karena Sekolah Dasar swasta yang berkualitas dan harga terjangkau pasti banyak peminat. Cari tahu kapan pendaftarannya dibuka.
  • Kalau sudah ketemu yang pas, pertimbangkan segera dan lekaslah mendaftar jangan sampai menyesal, keburu tutup pendaftaran. 
  • Alokasikan dana lebih untuk keperluannya di masa mendatang, jangan habiskan hanya untuk pendidikannya saat ini saja. 
 sumber foto : dokumentasi pribadi
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar baik berupa kritik maupun apresiasi baik yang sopan amat saya nantikan, terima kasih telah singgah di blog ini :)

Share