2015-01-19

Salah siapa? Komik Manga atau Orang Tua ?

Heboh berita seputar kejadian yang menimpa anak-anak belakangan ini memang cukup mengkhawatirkan. Setelah berita yang berkaitan dengan kejahatan seks pada anak kini ditambah adanya kejadian anak bunuh diri. Sebagai orang tua yang pernah jadi anak, saya memahami bahwa semua kejadian yang menimpa anak adalah dikarenakan apa yang dirasa, dilihat, didengar si anak tersebut. Tak bisa menyalahkan yang satu dan mengabaikan yang lain. Menurut saya, benar juga kalau menyalahkan komik manga. Dan juga tidak salah kalau orang tua harus introspeksi diri.

Ok soal komik manga, Mengapa saya bilang ada salahnya? Karena saya dulu juga penyuka komik manga dan saya pernah berpikir kalau bunuh diri situ sesuatu yang perlu dicoba. cuma gara-gara dimarahi sedikit oleh orang tua, saya sempat berpikir kalau saya tidak ada barulah mereka menyadari kehilangan saya. Tapi tentu saja, saya gak se-desperate dan ga se-serius anak tersebut dalam melakukan percobaan bunuh diri. Beruntunglah sekarang ini banyak buku edukasi yang lebih patut dibaca anak-anak sehingga anak saya tidak saya berikan komik manga. Si sulung Syahdu asyik sekali membaca buku seri pengetahuan "Aku Ingin Tahu Mengapa ...." terbitan Grolier. Boleh dibilang hampir seluruh aktivitas anak-anak terpantau oleh saya atau ayahnya atau kedua eyangnya. Saat mereka bermain, menonton, main game dan apapun yang dilakukan di rumah dan sekitarnya. Aktivitas diluar itu hanyalah sekolah.

Tadi saya sempat menyinggung soal peran orang tua dibalik alasan anak bunuh diri. Yup, anak-anak tentu tak setegar orang dewasa dalam menghadapi masalah. Orang dewasa pun terkadang juga merasa depresi, tertekan dan ingin hilang dari bumi bila menghadapi masalah yang berat, apalagi anak-anak? Dipermalukan orang tua di depan teman-teaman, dimarahi hanya karena pulang terlalu sore, diacuhkan tak pernah ditanya kegiatannya sehari-hari, tak ditemani pada momen-momen berkesan, menghadapi ketidakharmonisan orang tua atau hal lainnya yang membuat anak merasa tidak nyaman dan tertekan bisa menjadi pemicu pikiran untuk benar-benar hilang dari bumi.

Saya memilih menjadi orang tua yang sering bertanya tentang kegiatan anak-anak saya sehari-hari. Saya bertanya dengan detail dan tidak merasa puas dengan jawaban sekedarnya. Karena anak-anak suka menutupi yang dianggapnya rahasia. Misalnya saat saya bertanya pada Syahdu, "Tadi di sekolah ada kegiatan apa saja?", "Apa ada yang nakal sama abang?", "Apa abang nakal sama teman?", "Apa abang berantem sama teman?" Atau saat saya melihat Nada langsung pergi menjauh saat ada seorang anak tetangga melintas di depannya, saya langsung bertanya, "Kenapa kakak tidak mau main?", "Apa ada yang nakal sama kakak?", awalnya Nada cuma diam tapi akhirnya dia mengatakan alasan yang sebenarnya yaitu bahwa temannya tersebut suka memelototi dia dan berkata kasar. Tentu saja tak sampai disitu, saya perlu membangun rasa percaya diri dan memberikan solusi agar ia mampu membentengi dirinya dari perilaku yang tidak baik dari siapapun.   Pastinya tidak serta-merta langsung PD, tapi karakter itu perlu terus didorong.

Kembali soal perlakuan tidak menyenangkan orang tua pada anak, sebagai orang tua pasti saya pernah memarahi mereka. Tapi saya pastikan bahwa marah saya itu berdasar bukan pelampiasan. Alhamdulillah anak-anak mengerti meskipun bundanya marah namun tetap sayang kepada mereka. Biasanya selepas marah, saya memeluk dan memberitahu alasan saya marah sambil menasihati mereka baik-baik.

Ilmu agama adalah bekal yang sangat diperlukan bagi siapapun tak terkecuali anak-anak. Memberikan mereka pengetahuan agama merupakan upaya membentengi mereka dari hal-hal yang tidak baik. Do'a selalu menjadi senjata dan perlindungan yang paling ampuh dalam menangkal hal buruk apapun. Hanya pada Allah-lah kita memohon perlindungan, hanya Dia-lah sebaik-baik penjaga, Dia-lah yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui segalanya.

“Robbi hablii minash shoolihiin”

Artinya: "Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih." (QS. Ash Shaffaat: 100).

 "Rabbij'alnii muqiimash shalaati wa min dzurriyyatii rabbanaa wa taqabbal du'aai. Rabbanagh firlii wa liwaa lidayyaa wa lilmu-miniina yauma yaquumul hisab"

Artinya: "Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do'aku. Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab."(Q.S.Ibrahim:40-41)






“Robbi hablii minash shoolihiin”
[Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih]. (QS. Ash Shaffaat: 100).
- See more at: http://kaifahal.com/doa-meminta-keturunan-yang-shalih/#sthash.5ANv6gi5.dpuf
“Robbi hablii minash shoolihiin”
[Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih]. (QS. Ash Shaffaat: 100).
- See more at: http://kaifahal.com/doa-meminta-keturunan-yang-shalih/#sthash.5ANv6gi5.dpuf
 

5 komentar:

  1. Aamiin untuk do'anya mbak. Kita sebagai orang tua memang harus membangun kedekatan dengan anak terutama jika telah memasuki dunia remaja. Reminder for my self.

    BalasHapus
  2. Yup betul mak, komunikasi antar anak-ortu emang penting banget, sebisa mungkin kita harus bisa membuat mereka terbuka, mau menvceritakan apapun pada kita

    BalasHapus
  3. Iya kita harus banyak berdoa. Anak remaja tetaplah anak yg juga perlu kita pahami bahasanya.
    Menjaga komunikasi mmg cara yg baik agar anak tak mencari org lain untuk curhat dll. Salam kenal, thanks for reading :)

    BalasHapus
  4. Dulu juga suka komik tapi sejak ada novel sukanya novel. Dari dulu komik udah ada yg vulgar mengumbar aurat. Tetap hrs sepengetahuan ortu isinya. Lahi2 ortu yg bertanggungjawab. Duuh..tugas..

    BalasHapus
  5. memang ortu harus tau apa isi bacaan, syukurlah kalau kita termasuk yang suka baca dan tahu macam-macam bacaan jadi bisa memagari anak-anak.

    BalasHapus

Komentar baik berupa kritik maupun apresiasi baik yang sopan amat saya nantikan, terima kasih telah singgah di blog ini :)

Share