2012-03-22

Seminar Hypnoparenting [bagian 1]

Pembicara : Andi Maipa Dewandaru, CHT, M.CH
Tempat : SD Binakheir Depok

Awalnya ngga sengaja lihat spanduk yang mengiklankan seminar ini sehari sebelum pelaksanaan.  Trus coba menghubungi teman yang mengajar disitu bila saja masih bisa mendaftar, eh ternyata bisa dan GRATIS!! Wah ini penting banget, meskipun kalaupun berbayar tetap mau ikut juga J

 Pagi itu saya sudah niat mau datang jam 8.30 terlambat tiga puluh menit dari jadwal. Kapok, setiap datang tepat waktu selalu ngaret. Bukan apa-apa soalnya sekarang banyak yang diurusin. Kasihan kalau anak-anak menunggu terlalu lama takutnya keburu bete. Oalah ternyata meleset jam sembilan baru tiba di TKP (deket sih dari rumah). Oo ternyata sudah banyak yang hadir... kukira bakalan sedikit yang datang. Tapi ternyata pembicaranya beluum datang, so masih acara selingan dari tuan rumah. Ada penampilan para siswanya ada juga gurunya (lucu banget loh). Wah anak saya sudah mulai rewel nih yang kecil, mana hujan lagi. Jadi ga bisa mainan outbound di halaman sekolah. Alhasil saya terpaksa menitipkan dulu anak-anak di rumah tante yang jaraknya hanya 300 meter dari TKP. Maka sayapun melenggang dengan tenang.

 
Sampai di tempat seminar ternyata pembicaranya sudah datang. Alhamdulillah. Waktu sudah menunjukkan 10.15.  Dengan gaya simpatik dan humoris beliau membawakan materi seminar dengan cukup menarik ditambah dengan tampilan presentasi berupa video-video tayangan yang mendukung.

 Jadi  HYPNOPARENTING adalah salah satu metode pengasuhan anak dengan menggunakan komunikasi kata-kata yang efektif. Efektif berarti tepat sasaran dan menggerakkan anak untuk melakukan yang diinginkan. Pembicara memerintahkan peserta untuk melakukan yang beliau inginkan:

 
Pembicara : taruh tangan kanan  di atas kepala
Peserta menaruh tangan di kepala
Pembicara : taruh tanan iri di atas kepala
Peserta mengikuti
Pembicara : berguling
Peserta saling berpandangan dan tidak berguling

 
Nah itulah salah satu contohnya, orang akan mengikuti perkataan pelaku hypnotis sepanjang masuk akal (wajar)  dan mampu dilakukan.

 
Kemudian agara dapat berkomunikasi efektif dengan anak maka kita perlu :

1.       Netral, misalnya saat anak terjatuh dan menangis maka kita cukup menghampiri dan melihat lukanya sembari berkata “oh jalannya kurang hati-hati” bukannya “siapa yang nakal nak? Lantainya ya?” sembari memukul lantai. Jadi netral disini tidak memihak anak, dia terjatuh memang karena dia kurang hati-hati jalannya.

2.       Menghindari Labeling pada anak. Misalnya saat anak memecahkan gelas, karena kesal lalu kita mengatakan : “Dasar Nakal !” seharusnya tetap fokus pada kesalahan anak saja. “Nak, lain kali hati-hati ya, kalau pecahan gelasnya kena tanganmu kan bisa sakit”

3.       Menerima Realitas yang memang dialami.

4.       Sediakan waktu. Berkomunikasi efektif berarti harus bersabar, tidak bisa terburu-buru atau bicara cepat. Misalnya “cepat mandi!” ,”cepat tidur”. Tapi “ nak, kamu harus segera berangkat ke sekolah ayo mandi sekarang!”

5.       Sabar.  Haru s sabar dan kontinyu melakukan ini.

6.       Bersiap menerima kemungkinan tak terduga.

 

Berikut ini adalah langkah-langkah dasar yang wajib dilakukan agar dapat menguasai jurus menjadi guru yang setara dengan motivator dunia. Langkah-langkah tersebut adalah :

1.       Niat dan motivasi dalam diri Anda.
Kesuksesan seseorang tergantung pada niat seseorang untuk bersusah payah dan bekerja cerdas untuk mencapai kesuksesan tersebut. Niat yang besar akan memunculkan motivasi yang tinggi, serta komitmen untuk concern dan survive pada bidang yang ditekuni.

2.       Pacing.
Langkah kedua ini adalah langkah yang sangat penting. Pacing berarti menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak dengan orang lain. Misalnya  menyamakan posisi berdiri kita agar sejajar dengan anak. Arah mata harus sejajar. Bila anak sedang duduk maka kita mengikuti, jika sedang berbaring pun seperti itu.(pembicara memberi contoh saat berbincang dengan seorang peserta).

3.       Leading.
Leading berarti memimpin atau mengarahkan setelah proses pacing Anda lakukan. Jika kita melakukan leading tanpa didahului dengan pacing, hal itu sama saja dengan memberikan perintah pada anak dengan resiko anak melakukannya dengan terpaksa dan tertekan. Misalnya saat anak berkata bahwa dia malas berangkat ke sekolah dengan posisi masih berbaring di tempat tidurnya. Maka kita pun turut berbaring bersamanya untuk menyamakan posisi dan kontak mata.

Lalu anak bilang “aku malas ke sekolah, yah”

tanyalah “ apa yang meyebabkan kamu malas, sayang?”

“sebab teman-temanku nakal yah”

“semuanya nakal?”

“oh, engga sih, Cuma si ‘anu ‘ saja “

“Ngga semuanya kan? Cuma dia aja?”

“iya..”

“eh nak, kamu tau kan tom and jerry? Tom kan besar dan jerry kecil. Tapi jerry berani sama tom. Kamu kan anak hebat dan pemberani.  Besok ketemu temanmu itu kamu beri senyum saja, tidak perlu takut. Ok sekarang kamu boleh di rumah saja tapi besok harus masuk ya..”

“ok yah..”

4.       Gunakan kata positif.
Langkah berikutnya adalah langkah pendukung dalam melakukan pacing dan leading. Penggunaan kata positif ini sesuai dengan cara kerja pikiran bawah sadar yang tidak mau menerima kata negative. Misalnya memilih kata “tolong tenang ya, bicara pelan” daripada “jangan berisik ya”

5.       Berikan pujian.
Pujian merupakan reward peningkatan harga diri seseorang. Pujian merupakan salah satu cara untuk membentuk konsep diri seseorang. Dalam memberikan pujian, hindari pula kata penghubung negative. Misalnya : tapi, namun, cuma saja, dan lain sebagainya. Karena penggunaan kata-kata tersebut akan membuat pujian menjadi sia-sia dan terkesan mengolok-olok. Misalnya “Kamu memang anak yang baik tapi kamu harus lebih rajin belajar”. Lebih baik “Kamu memang anak yang baik dan harus lebih rajin belajar supaya bisa dapat nilai lebih baik lagi”

6.       Modeling.
Modeling adalah proses memberi tauladan melalui ucapan dan perilaku yang konsisten. Hal ini sangat perlu dan menjadi salah satu kunci hypnoparenting. Setelah anak menjadi nyaman dengan Anda, kemudian dapat diarahkan sesuai yang diinginkan, dengan modal kalimat-kalimat positif. Maka perlu pula kepercayaan (trust) anak dimantapkan dengan perilaku kita yang konsisten dengan ucapan dan ajaran kita. Sehingga kita selalu menjadi figure yang dipercaya.

 

Contoh kebiasaan sehari-hari:

Saat ibu menyuruh anaknya agar sudah di rumah sebelum magrib. Seringali orang tua menggunakan kata-kata yang menakuti agar anak mematuhi perintahnya:

“adi..ayo masuk, ini sudah mau magrib. Nanti kamu diculik hantu (gondolwewe dan sebangsanya)” lebih baik “adi sudah magrib nih, kan sudah janji akan pulang sebelum magrib, ayo masuk sekarang”

Menakuti anak dengan hantu dan sebangsanya hanya aan membuat anak menjadi penakut.

 Menyuruh anak sholat:

“adi ayo solat, kalau tidak solat nanti masuk neraka loh, Allah marah sama kamu” sebaiknya “Adi, di surga enak loh ada banyak  mainan yang bagus, nah supaya bisa masuk surga maka kita harus sholat supaya disayang Allah. Allah itu baik bisa kasih apa saja sama kita, nanti kita berdoa minta sama Allah ya.., yuk sholat sekarang”

Hasilnya, anak akan mau sholat dan berdoa minta apa saja sama Allah misalnya “Ya Allah aku mau mainan mobil” dan lain-lain. Nanti orang tua bilang “iya nanti Allah berikan mainan lewat rezeki yang diberikan kepada ayah”

Kepada anak balita sebaiknya mengenalkan Allah sebagai Pencipta dengan kata-kata positif.

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar baik berupa kritik maupun apresiasi baik yang sopan amat saya nantikan, terima kasih telah singgah di blog ini :)

Share