2009-04-25

Kisah sedih di bulan April

Belum lama ini sempat terlintas di pikiranku dimanakah letak perjuangan seorang ibu yang akan melahirkan anaknya, yang katanya antara hidup dan mati? Karena yang aku alami saat melahirkan Syahdu, tidak begitu adanya. Namun, kini telah terjawab semua pertanyaan itu. tiga hari yang lalu kakak ipar perempuanku (istri dari kakak suamiku), syahid insyaAllah, dalam melahirkan anaknya. Hal itu tidak terlintas sedikitpun dalam pikiranku, pikiran kami keluarganya. Memang saat USG sebulan yang lalu bersamaku, ada kelainan dalam kandungannya. Posisi bayinya melintang dan plasentanya menutupi jalan lahir. Dokter bilang kalau keadaannya baik-baik saja, hanya perlu bersipa-siap karena kemungkinan besar kelahiran akan dilaksanakan secara caesar. Keika itu, sebulan yang lalu saya mengantarnya untuk memeriksa kandungan. Namun karena kesibukanku mengajar dan mengurus Syahdu, akupun lama tidak menanyakan kabar kehamilannya. Meski aku telah menyampaikan hal tersebut kepada kakak ipar ku yang lainnya. Selasa malam, pukul setengah sepuluh, kakak ipar nomor dua mengabari kalau kakakku itu masuk rumah sakit akibat sesak napas. Saat itu tidak ada pikiran bahwa akan terjadi sesuatu yang tidak mengenakkan. Paginya, sekitar pukul tujuh, kami dikabari bahwa kakakku itu tak mampu lagi bertahan.

Meski bukan baru kali ini aku melihat langsung jenazah, namun baru kali ini aku merasa begitu dekat. Rasa pedih serta sesal karena belum sempat menjenguk membuat airmataku deras mengalir. sungguh tidak menyangka, seseorang yang pernah dekat, bahkan pernah satu rumah belum lama baru berbincang dan tertawa bersama, tiba-tiba saja pergi meninggalkan. Sebulan yang lalu, kakakku semapat tinggal di rumah kami selama tiga minggu, bahkan hampir berencana melahirkan di Depok. Sedihku tak berhenti sampai disitu, kesedihan itu semakin bertambah saat menyaksikan anak-anak kakakku meratapi ibunya saat pemakaman. Tak dapat kubayangkan sedihnya hati anak-anak itu. Ya Allah, semoga saja Engkau berikan kepada mereka ganti yang lebih baik. Amin. 

Malam harinya, kami pergi menjenguk bayi kakakku, abang kecilnya Syahdu. Subhanallah, bayi itu begitu tampan, putih, lucu  namun tak bergerak. tubuhnya ditempeli selang dan alat-alat kedokteran pemacu jantung. Tangis tak dapat kutahan lagi, tak kuasa melihat bayi sekecil itu sudah harus ditempeli berbagai alat seperti itu. Ya Allah, rasanya ingin kugendong dan kudekapa  bayi itu. Sepulang dari sana, selepas sholat aku berdoa agar Allah subhanahu wata'ala memilihkan jalan terbaik bagi keponakanku itu. Paginya, kami menerima kabar bahwa Muhammad Fahri, namanya, telah pergi menyusul ibunya. Dalam dua hari berturut-turut kami melakukan pemakaman bagi orang-orang tercinta.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar baik berupa kritik maupun apresiasi baik yang sopan amat saya nantikan, terima kasih telah singgah di blog ini :)

Share