2025-11-14

Lima Malam di Kepulauan Selayar dan Semalam di Bira, Sulawesi Selatan




Lama tidak bepergian, kali ini malah agak jauh perginya yaitu ke Kepulauan Selayar. Kesana seperti biasa edisi tugas negara untuk mendampingi guru-guru di sekitar Kepulauan Selayar mengikuti Pendidikan Profesi Guru bagi Guru di Daerah Khusus yang terkendala internet.. Guru-guru tersebut berdatangan dari sembilan pulau yang ada di sekelilingnya, berkumpul di Kabupaten Selayar. Ditemani oleh Ibu Professor Ijirana dari Universitas Tadulako, Ibu Dosen Suciana daru Universitas Negeri Makassar dan dari Balai GTK yaitu Bapak Amirullah yang semuanya adalah orang Makassar (hehehehe). Jadi, saya merasa cukup aman ya bepergian dengan mereka meskipun harus menyeberangi pulau๐Ÿ˜Š


Dari Kota Makassar, Sulawesi Selatan kami berangkat pukul 06.00 WITA dan tiba di pelabuhan sekitar pukul 11.45 mengingat kapal kami akan berangkat pk. 13.00. Sempat mencicipi makan siang di resto kampung nelayan, sudah terasa aroma ikan laut segaaar... Perjalana dengan kapal ferry sekitar 3 jam, alhamdulillah cuaca bagus dan ombak cukup tenang. Kami duduk di kelas VIP untuk menghindari panas dan asap rokok. Tiba di hotel yang berada di Kepulauan Selayar sekitar pk. 17.30 WITA.




Perjalanan 12 jam yang cukup melelahkan, alhamdulillah kami semua sehat-sehat dan semangat untuk bertemu denagan para guru disana. Paginya disambut oleh tim dinas pendidikan beserta bapak Kepala dinas Pendidikan membuka acara dengan resmi.


Bertamu ke rumah rekan dinas pendidikan disana, disuguhi makanan rumahan dan camilan khas Selayar.



Berkeliling Kepuluan Selayar dan mendapati Masjid ikonik, Masjid Benteng Selayar yang berbentuk perahu ini berada di tepi pantai. 



Kepulauan Selayar cukup panas dan sedikit sekali hembusan angin, bahkan ketika kami sempat berkunjung ke Puncak Tanadoang yang merupakan daerah pegunungan, tidak terasa dingin hanya adem saja. Hembusan angin berasa kencang jika kita berada di daerah pantai, kami sempat mengunjungi Sunari Beach di hari berikutnya. 




Sunari Beach di hari itu tidak ramai, sehingga kami puas memandangi lautan dan menikmati senja. Rasanya seperti menyewa seluruah area pantai ๐Ÿ˜ŠSaya hanya agak kecewa karena tidak bisa menyeruput es kelapa asli, padahal buahnya terlihat banyak sekali di atas pohon kelapa yang berjejer itu. Entah kenapa malah tidak tersedia di menu. Beda sekali ya dengan di Jakarta atau Depok yang mudahnya menemunkan es kelapa ๐Ÿ˜€
 








Pisang, singkong, ubi goreng plus sambal adalah camilan wajib disini (juga di daerah timur pada umumnya).  Oya juga mangga, kebetulan saya adalah penikmat mangga muda alias rujak jadi suka sekali ya dengan adanya mangga di setiap kali jam makan ๐Ÿ˜ƒ

Setelah selesai menunaikan tugas, maka kamipun bersiap kembali ke Makassar. Tapi karena sudah hampir sore maka kami menginap dulu di Bira yang merupakan kampung halaman dari Prof. Ijirana. Perjalanan kesana sempat melewati hutan dan jalan setapak yang tidak beraspal dimana tidak ada sinyak internet. Sesampainay disana, kami disuguhi ikan laut segar untuk makan siang yang sudah agak kesorean dan juga pemandangan indah tepi pantai tanjung lemo-lemo. Mewah sekali ya buat orang-orang kota ini? Makan ikan laut tepat di tepi pantai, MasyaAllah. Sungguh pelepas penat yang mantap ๐Ÿ˜Š








Rupanya lokasinya bersebelahan dengan Vila Renjana yang katanya viral itu, kami juga sempat masuk ke dalam dan "numpang" wifi disana. Ya, disana sulit sekali mendapatkan sinyal, kadang ada lalu menghilang.   










Malamnya kami menginap di hotel depan pantai, cantik sekali pemandangannya. 







Bahkan di pagi harinya saya sempat menyusuri pantai dan akhirnya tergoda untuk naik kapal ke penangkaran penyu dan mencoba snorkling! Naik speedboat aja rasanya sudah memacu adrenalin ya buat saya ini. Tapi seru dan menyenangkan, waw!!!


Well, ternyata snorkling tak semudah itu kawan, perlu latihan bernapas dari mulut, dan itu sulit buat saya. Namun, saya cukup puas menikmati pemandangan bawah laut meski hanya beberapa menit saja. Di usia yang sudah kepala emapt ini, cukuplah menjadi pengalaman berharga hehehe.... Lanjut ke lokasi penangkaran penyu. Turun dari perahu harus berjalan di atas air yang juga berisi karang-karang. Seandainya saja bisa, saya suka sekali membawa karang-karang na n indah itu untuk mengisi akuarium, cantik-cantik๐Ÿ˜Tapi karang-karang hidup itu tidak bisa diambil begitu saja, karena akan percuma jika tidak dibawa dengan benar. So, saya skip niat saya kali ini. 





Puas menikmati pantai Bira, dalam perjalanan pulang menuju Makassar kami sempat mampir ke tangga viral, jembatan kaca dan titik nol Sulawesi. Amazing!







Done! Selesai sudah "petualangan" saya kali ini, dari Kepulauan Selayar ke Pantai Bira. Ternyata Indonesia menyimpan begitu banyak keindahan, yang belum banyak orang tau. Tapi dari sisi keegoisan saya tentu lebih suka menikmati pantai yang sepi pengunjung ketimbang yang ramai orang ๐Ÿ˜… Terasa lebih syahdu dan privat bangettt! 

Sebetulnya banyak sekali ya foto-foto dan video yang saya ambil di perjalanan karena banyaknya spot-spot foto yang sayang jika dilewatkan. Semoga saja lain kali bisa kembali bersama anak-anak. Terima kasih atas keramahan tim dinas pendidikan Kepulauan Selayar dan juga keluarga besar Prof. Ijirana yang telah menerima kami sebagai tamunya. Suami saya yang merupakan keturunan Makassar bilang, "yang orang Makassar aja belum tentu sampai kesana" hihihihi, memang ini adalah sebuah kesempatan luar biasa.

Aku Cinta Indonesia ๐Ÿ’–๐Ÿ’–๐Ÿ’–๐Ÿ’–๐Ÿ’–








2025-07-02

Indahnya Bromo, pilih Sunset atau Sunrise?

Tadinya ngga ada kepikiran buat ke Bromo, kayaknya itu hal yang jauh dari angan-angan. Bahkan saya belum pernah searching Bromo itu kayak apa sebelumnya. Tapi karena ada kesempatan dan diajak teman kesana ditambah si Kakak Nada excited banget buat kesana, ya baiklah. Mumpung ke Malang dan ada waktunya marilah kita ke Bromo. 

Sebelum cerita-cerita dan berbagi keindahan Bromo, saya mau spill bis yang nyaman ke Malang, no endorse padahal. Dari beberapa bis eksekutif yang pernah saya coba, yang paling nyaman ya Unicorn Indorent. Bis ini masih terbilang baru ya, sempat liat iklannya beberapa kali lalu mau coba tapi selalu kehabisan. Alhamdulillah akhirnya kebagian juga dari Jakarta ke Malang. Yang saya tau bisa naik dari terminal Jatijajar, Depok dan Terminal Kalideres juga Pulogebang. Pas naik bis ini, amazing ya, berasa naik Garuda deh. Ada pramugari yang melayani dan menanyakan, "mau mie instan? kopi, teh?" Kemudian ada snack juga 2 roti merk Holland Bakery dan makan malamnya ada pilihan menu sop iga, sate maranggi, ayam goreng yang akan dihidangkan begitu tiba di rest area. Ih asik banget, ga pake antri berasa VVIP ๐Ÿ˜ƒ Untuk bangkunya juga sangat nyaman, ada sandaran kaki dan juga bisa posisi enak deh. Eh ada layar untuk nonton juga loh dengan Youtube. Lebih asik dari Garuda malahan nih. Kalau punya akun Netflix juga bisa. Dah pokoknya super nyaman. Waktu itu harganya 495 ribu per orang, dengan waktu tempuh sekitar 12 jam, menurut saya ini cepet loh ketimbang tahun lalu sebelum ada tol. Bersaing juga dengan waktu tempuh kereta. Menurut saya jelas lebih nyaman bis eksekutif ya ketimbang kereta kelas eksekutif. Bis ini saya naiki Senin, 23 Juni 2025 yah, kali kedua ke Bromo.


Awalnya sempat ditanya mau lihat sunset atau sunrise? Saya bingung ya, ngga paham bedanya apa. Kemudian dijelaskan kalau mau lihat Sunrise berarti haru berangkat jam 1 pagi lalu sampai kota Malang sekitar jam 11 siang. Nah waktu itu saya males rasanya kalau harus begadang, karena udah remuk abis dari Ternate dan Gorontalo. Jadi saya pilih Sunset aja, Pemanasan dulu deh. 

Waktu itu pertama kali kesana bulan November 2024, belum musim liburan jadi masih sepi sekali. Yang katanya biasanya macet-macet ini lancar jaya. Apalagi ini kan sunset, jadi katanya tidak banyak memang. Jadi kami berangkat dari malang sekitar jam 11 siang lalu transit ke tempat penyewaan jeep lalu setelah solat dzuhur+asar kami pun berangkat menuju Bromo. 

Jalanan kesana bukan jalanan lebar ya, tapi jalanan sebetulnya leluasa kalau hanya satu arah saja dan kanan-kirinya rumah-rumah penduduk. Jika sudah masuk kawasan wisata Bromo barulah kita bisa menikmati pemandangan "pembukaan" dimana kanan kirinya bisa terlihat pepohonan, bebukitan juga jurang. Jalanan yang berliku sehingga sulit untuk saya bisa tidur di perjalanan. Karena ini rute sunset jadi kita mampir-mampir dulu ke padang sabana yang juga sering disebut bukit teletubbies karena memang mirip ya lalu pasir berbisik kemudian ke puncak Bromo. Berbeda dengan sunrise, kita menuju ke tempat spot foto sunrise yang disebut Pananjakan, setelah itu baru berkeliling ke tempat lain di kawasan wisata Bromo.


Nah kalau mengejar sunset, jalannya siang jadi masih terang ya. Beda kalau mengejar sunrise, jalanannya gelap karena kan mataharinya belum terbit.


padang savana (bukit teletubbies)


pasir berbisik

Setelah berkeliling dan pus berfoto serta bergaya di area kawasan wisata Bromo, siapkan diri untuk naik menuju kawah Bromo. Jalanan kesana tidak bisa dilalui jeep jadi harus berjalan kaki atau naik kuda. Oya naik kuda ternyata tak semudah bayangan saya nih. Meskipun ya dituntun sama penjaga kudanya, tetapi naik kuda itu perlu teknik dan perlu ketenangan ya. Saya sendiri akhirnya kapok naik kuda, karena sulit untuk menyeimbangkan tubuh di atas kuda sehingga khawatir terjatuh, terlebih jalanannya terjal dan berliku, aduh jadi agak mual juga di atas kuda ๐Ÿ˜– 



Begitu hampir sampai di puncak kawah Bromo, kita harus menaiki seribu tangga ini. Tangga yang curam ini sungguh menantang bagi orang yang takut ketinggian seperti saya. Cuma karena sudah sampai disini, kayaknya sayang kalau tidak naik ๐Ÿ˜ฐ. 



Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di puncak kawah Bromo. Tempatnya sempit ya, ngeri banget kalau banyak orang, untungnya saja sepi cuma ada saya bertiga teman dan 3 orang turis. Disini juga bau belerang sangat menyengat, alangkah baiknya kalau pakai masker. Anak kecil juga jangan sampai naik kesini, aduh ngeriiiii. Saya tidak tahan berlama-lama disini jeprat jepret sebentar, langsung turun. Aduh turun itu juga Pe eR banget buat saya, karena pas lihat ke bawah rasanya pusing. 

 


Kalau tidak mau naik seribu tangga juga tidak masalah, karena disana cuma ada kawah saja. Di bawah tangga ada pemandangan yang juga menjadi spot foto-foto. 



Menjelang sunset, saya diingatkan untuk bergegas ke Bromo Hillside yaitu restoran yang menyajikan latar beakang panorama indah Bromo, dan tentunya menyajikan santapan yang lezat juga. Hanya saja sayangnya ternyata restoran ini tutup pukul 16.30 WIB so, kita ngga bisa makan sore itu. Tapi alhamdulillah masih bisa menikmati pemandangan sunset disana yang nyata keindahannya bikin saya jatuh hati pake banget ๐Ÿ˜Bunga-bunga indah warna ungu, merah dan oranye ini menambah kecantikan panorama sunset, berpadu dengan keindahan kemerahan gunung Bromo. MasyaAllah...


Cafe Bromo Hillside ini menyediakan tempat untuk berfoto di rooftop-nya. Kita bisa mencari spot foto mana saja yang kita inginkan, apakah latar belakang awan atau gunung Bromo atau bukit-bukit. Keindahan pemandangan apda gambar-gambar ini berbeda jauh dengan aslinya, aslinya tampah sangatttt indah ya Allah betul-betul terasa seperti ada di negeri di atas awan. 


Pemandangan gunung Bromo yang kemerahan karena sinar mentari yang akan segera terbenam juga bisa terlihat dari Bromo hillside ini. Menurut saya, jika tidak ingin bersusah payah ke Pananjakan, lebih baik ambil foto dari sini saja, worth it banget! Tapi kalau ada kesempatan dua kali dan kondisi badan fit boleh banget coba ambil dari Pananjakan.


Selanjutnya kita bisa memilih dan bergaya sepuas hati, tapi harus gerak cepat ya nanti sunset keburu habis. 


Lantai 2 Bromo Hillside menyediakan tempat yang juga indah untuk berfoto, gimana bagus kan? Buat foto pre wedding cocok banget ini deh.

Inilah 


Cantik khan? kayak lukisan, Subhanallah lukisan alam sang Maha Pencipta ๐Ÿ˜


Semua pemandangan tersebut dapat dilihat dari rooftop Bromo Hillside, jika tak puas dengan foto silakan dilihat videonya yaa...



Jumat lalu saya berkesempatan kembali ke Bromo, kali ini untuk melihat sunrise. Jam 1 pagi kami dijemput di hotel untuk menuju kawasan Bromo. Sekita pukul 3.30 sampai di rest area sejenak untuk sarapan dan keperluan lainnya. Cuacanya dingin sekali ya, jadi saya membeli topi kupluk, syal leher dan sarung tangan. Kemudian menambah energi makan semangkuk mie rebus dan juga wedang jahe. Kemudian bersiap solat subuh dan segera ke Pananjakan untuk rebutan mencari spot foto. Karena ini malam liburan jadi banyak pengunjungnya. Oya saya sendiri memakai kaos tebal + jaket rajut dengan bawahan celana kulot yang juga dirangkap celana kaos, karena saya tidak kuat dingin. Saya juga memakai masker agar hidung tidak kedinginan.  




Inilah pemandangan sunset di pananjakan, tapi memang ini pananjakan yang masih di bawah karena rasanya saya tidak sanggup harus ke atas. Mungkin lain kali kalau suasananya tidak terlalu ramai bisa dicoba kembali, insyaAllah. Fyi, depan tempat duduk kami itu adalah jurang ya, jadi harus hati-hati sekali apalagi suasanya gelap. Kami duduk di tepian jurang๐Ÿ˜“

Gimana lebih suka sunset atau sunrise? 



Share