Sunari Beach di hari itu tidak ramai, sehingga kami puas memandangi lautan dan menikmati senja. Rasanya seperti menyewa seluruah area pantai ๐Saya hanya agak kecewa karena tidak bisa menyeruput es kelapa asli, padahal buahnya terlihat banyak sekali di atas pohon kelapa yang berjejer itu. Entah kenapa malah tidak tersedia di menu. Beda sekali ya dengan di Jakarta atau Depok yang mudahnya menemunkan es kelapa ๐
Pisang, singkong, ubi goreng plus sambal adalah camilan wajib disini (juga di daerah timur pada umumnya). Oya juga mangga, kebetulan saya adalah penikmat mangga muda alias rujak jadi suka sekali ya dengan adanya mangga di setiap kali jam makan ๐
Setelah selesai menunaikan tugas, maka kamipun bersiap kembali ke Makassar. Tapi karena sudah hampir sore maka kami menginap dulu di Bira yang merupakan kampung halaman dari Prof. Ijirana. Perjalanan kesana sempat melewati hutan dan jalan setapak yang tidak beraspal dimana tidak ada sinyak internet. Sesampainay disana, kami disuguhi ikan laut segar untuk makan siang yang sudah agak kesorean dan juga pemandangan indah tepi pantai tanjung lemo-lemo. Mewah sekali ya buat orang-orang kota ini? Makan ikan laut tepat di tepi pantai, MasyaAllah. Sungguh pelepas penat yang mantap ๐
Rupanya lokasinya bersebelahan dengan Vila Renjana yang katanya viral itu, kami juga sempat masuk ke dalam dan "numpang" wifi disana. Ya, disana sulit sekali mendapatkan sinyal, kadang ada lalu menghilang.
Malamnya kami menginap di hotel depan pantai, cantik sekali pemandangannya.
Bahkan di pagi harinya saya sempat menyusuri pantai dan akhirnya tergoda untuk naik kapal ke penangkaran penyu dan mencoba snorkling! Naik speedboat aja rasanya sudah memacu adrenalin ya buat saya ini. Tapi seru dan menyenangkan, waw!!!
Well, ternyata snorkling tak semudah itu kawan, perlu latihan bernapas dari mulut, dan itu sulit buat saya. Namun, saya cukup puas menikmati pemandangan bawah laut meski hanya beberapa menit saja. Di usia yang sudah kepala emapt ini, cukuplah menjadi pengalaman berharga hehehe.... Lanjut ke lokasi penangkaran penyu. Turun dari perahu harus berjalan di atas air yang juga berisi karang-karang. Seandainya saja bisa, saya suka sekali membawa karang-karang na n indah itu untuk mengisi akuarium, cantik-cantik๐Tapi karang-karang hidup itu tidak bisa diambil begitu saja, karena akan percuma jika tidak dibawa dengan benar. So, saya skip niat saya kali ini.
Puas menikmati pantai Bira, dalam perjalanan pulang menuju Makassar kami sempat mampir ke tangga viral, jembatan kaca dan titik nol Sulawesi. Amazing!
Done! Selesai sudah "petualangan" saya kali ini, dari Kepulauan Selayar ke Pantai Bira. Ternyata Indonesia menyimpan begitu banyak keindahan, yang belum banyak orang tau. Tapi dari sisi keegoisan saya tentu lebih suka menikmati pantai yang sepi pengunjung ketimbang yang ramai orang ๐ Terasa lebih syahdu dan privat bangettt!
Sebetulnya banyak sekali ya foto-foto dan video yang saya ambil di perjalanan karena banyaknya spot-spot foto yang sayang jika dilewatkan. Semoga saja lain kali bisa kembali bersama anak-anak. Terima kasih atas keramahan tim dinas pendidikan Kepulauan Selayar dan juga keluarga besar Prof. Ijirana yang telah menerima kami sebagai tamunya. Suami saya yang merupakan keturunan Makassar bilang, "yang orang Makassar aja belum tentu sampai kesana" hihihihi, memang ini adalah sebuah kesempatan luar biasa.
Aku Cinta Indonesia ๐๐๐๐๐

































