2021-09-04

Berjuang Melawan Covid-19

Dunia dilanda kepanikan setelah adanya pandemi Covid-19 (coronavirus disease 2019), sebuah penyakit baru yang disebabkan oleh virus dari golongan coronavirus, yaitu SARS-CoV-2 yang juga sering disebut virus Corona. Penyakit ini dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan, mulai dari gejala yang ringan seperti flu, hingga infeksi paru-paru, seperti pneumonia.

Sejak berita tersebarnya penyakit Covid-19 di Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Saya mulai waspada, meskipun tentunya berharap agar jangan sampai virus tersebut tersebar di Indonesia. Tapi apa daya, pada bulan Februari ditemukan kasus Covid-19 di Indonesia, tepatnya di Depok, Jawa Barat. Duh, Depok pula, kota tempat saya tinggal.

Akibat dari terinfeksi Covid-19 ini diberitakan sangat mengerikan sehingga menimbulkan kecemasan yang luar biasa bagi semua orang. Saya pun mencari tahu perkembangan penyebaran Covid-19 di Indonesia dan juga seberapa bahayanya. Hal ini perlu sebagai informasi dasar bagaimana kiat pencegahannya dan penanganannya jika sampai terkena virus ini. Tapi, saya tidak ikut-ikutan panic buying loh. Edisi belum gajian soalnya 😄

Saya sempat khawatir jika tertular saat perjalanan pergi dan pulang dari kantor, mengingat sarana yang saya gunakan adalah KRL Jabodetabek. Namun sejak adanya pembatasan oleh Pemerintah, jam masuk kerja digilir hanya satu hingga tiga kali dalam seminggu dan bagi yang sudah berusia 45 tahun ke atas tidak diwajibkan ke kantor. Sehingga saya memilih menggunakan bis antar jemput kantor saja untuk menghindari kepadatan di KRL. Bis kantor yang biasanya juga sangat padat, kini menjadi sepi.

Kemudian karena tuntutan pekerjaan, beberapa kali saya pergi pulang keluar kota. Untungnya hanya sekitar Semarang, Solo dan Yogya saja. Kemudian karena alasan tertentu saya memilih moda transportasi darat yaitu bis. Kebetulan terminal bis pun tidak jauh dari rumah sehingga memang relatif lebih murah dan mudah.

Positif Covid-19

Pada pekan ketiga Juni, saya ditugaskan ke Solo selama tiga hari yang dilanjutkan bertugas ke Yogyakarta tiga hari. Sampai di rumah sehari kemudian pergi lagi ke Sumedang untuk mengisi sebuah acara pembekalan untuk guru-guru disana. Semuanya menggunakan transportasi darat, full AC. Pada perjalanan ke Sumedang itu kepala terasa sakit dan perut juga mual. Saya kira hanya sakit biasa saja karena kena AC.

Untuk meredakan sakit saya pun minum obat, madu juga air jahe. Tak lupa juga vitamin untuk menjaga stamina. Selama dua hari minum obat, vitamin dan juga berisitirahat saya merasa sudah membaik. Tugas dinas luar kota kembali datang, saya pun bersiap untuk itu. Namun saya memutuskan untuk melakukan swab sebelum berangkat. Selama menunggu hasil itu rasanya agak cemas.

Sepuluh menit berlalu, hasil tes pun didapatkan. Hasilnya positif covid-19! Saat itu aku merasa tak percaya dan ingin meyakinkan dengan tes PCR yang berujung pada hasil yang sama, positif covid-19. Pulang dari tes swab saya langsung meng-isolasi diri di kamar dan menyuruh anak-anak untuk menginap di rumah Eyangnya. Alhamdulillah suami dan anak-anak juga mama semuanya negatif. Saya merasa amat lega, mengingat dalam perjalanan ke Yogya aku sempat mengajak putra sulungku kemudian saat ke Sumedang diantar oleh mama dan juga putriku.

Suamiku tetap berada di rumah meskiupun kami berada di kamar yang berbeda. Aku melarangnya untuk melakukan kontak langsung, misalnya memegang dahiku untuk mengecek suhu tubuh. Karena memang bukan hal yang mudah untuk membatasi kontak dalam waktu sekejap. Begitupun dengan putri kecilku yang seakan tidak terima karena harus tidur terpisah dengan bundanya. Ya, memang meskipun sudah kelas 2 SD, Fiya masih ingin ditemani bundanya saat tidur.

Fiya mengintip dari jendela kamarku



Isoman

Pada tiga hari pertama setelah dinyatakan positif, obat yang kuminum hanya paracetamol ditambah madu dan vitamin saja. Oya saya juga sempat meminum ramuan air kelapa plus jeruk nipis plus garam yang kabarnya dapat meredakan gejala covid-19. Pada saat itu nafsu makan masih bagus begitupun dengan indera perasa. Pekerjaan masih bisa kukerjakan seperti biasa. Saya masih berharap bahwa ini hanyalah gejala ringan yang akan segera berlalu.

Namun pada hari keempat saya mulai merasa mual, demam semakin tinggi dan juga batuk. Yang terasa paling tidak mengenakkan yaitu rasa mual, perih hingga tak nafsu makan dan membuat tubuh menjadi lemas. Saya mencoba berobat melalui dokter online dari aplikasi ojol. Dokter tersebut meresepkan antibiotik, antivirus, paracetamol, obat batuk, obat mual dan vitamin. Sayangnya, antibiotik dan antivirusnya kosong. Dua hari mengonsumsi obat tersebut rasanya tidak ada perubahan malah semakin memburuk rasanya. Mual tak tertahankan, dada terasa terbakar, panas menjalari tubuh dari atas sampai ke bawah.

Akhirnya kuhubungi teman SMA-ku, dokter penyakit dalam yang baru-baru ini praktek di Rumah Sakit yang tak jauh dari rumahku. Konsultasi dilakukan secara online dengan melalui vicon. Obat kudapatkan dengan meminta tetangga untuk mengambilkan di RS tersebut sedangkan pembayarannya dilakukan melalui transfer.


Berjuang

Alhamdulillah semua obat lengkap tersedia. Penuh harap dan berdoa sungguh-sungguh agar  dapat segera sembuh, semua obat kuminum dengan teratur. Jadi, di hari ketujuh ini lah baru kudapatkan obat-obatan lengkap. Semangat untuk sembuh, semangat untuk bisa melanjutkan pekerjaan yang tertunda, semangat agar bisa makan enak hehehe. Demi orang-orang di sekelilingku yang begitu khawatir dengan kondisiku.

Pada hari kesembilan rasa mualku berangsur pulih, makanan yang tadinya tidak tersentuh sama sekali, sudah mulai diterima sedikit-sedikit. Tidak banyak memang, tapi cukup berarti. Meski menu yang bisa diterima baru sayur bening dan tahu goreng saja rasanya sudah nikmat. Sebelumnya hanya buah-buahan saja yang bisa masuk, terutama pisang lampung, anggur manis, dan jeruk mandarin manis.

Karena indera perasa yang tidak berfungsi normal, makanan pun jadi terasa tidak nikmat dimakan. Kemudian berpengaruh juga dengan indera pencium yang tidak normal, sehingga bau soto yang dihidangkan bukannya menggugah selera malah sebaliknya, rasanya langsung mual mencium aroma soto.

Untuk menghilangkan bau yang tidak mengenakkan itu kuoleskan minyak kayu putih ke dalam hidung dengan menggunakan cotton bud. Pernapasan juga menjadi lebih lega setelah menghirup aroma minyak kayu putih. Caranya yaitu dengan mencelupkan cotton bud ataupun tisu yang dilinting ke minyak kayu putih kemudian masukkan ke dalam hidung dengan hati-hati. Setiap merasa agak kurang nyaman saat bernapas, saya melakukan hal ini dan hasilnya lumayan melegakan. Setidaknya tidak sampai harus menggunakan oksigen.

Makan memang salah satu hal untuk mempercepat pemulihan. Setelah mual berangsur hilang, sakit kepala dan demam juga berangsur membaik, saya memaksakan diri untuk bangun dari tempat tidur dan melakukan olahraga ringan. Ini kulakukan untuk menghilangkan pusing di kepala. Kebanyakan berbaring juga akan membuat kepala menjadi pusing dan tentunya rasa mual juga. Jendela kubuka lebar-lebar di pagi hari untuk menghirup udara segar. Tentu saja berjemur adalah hal yang perlu dilakukan. Pada saat demam masih tinggi, saya merasa tak mampu berjemur terlalu lama lebih dari 10 menit, karena membuatku sesak napas. Namun setelah berangsur pulih, saya bisa berjemur sampai setengah jam.

 


Mereka kembali!

Indera perasa dan penciumanku pulih setelah sebulan. Rasanya bahagia bisa kembali merasakan makanan dan minuman yang enak. Begitu mudahnya Allah mencabut nikmat-nikmat itu saat sakit. Nikmat yang seringkali kita anggap sepele namun begitu hilang ternyata menjadi masalah yang cukup berarti.

Batuk adalah hal terakhir yang pulih dari semua gejala covid yang kurasakan. Rasanya sangat mengganggu. Obat batuk seperti tidak ada fungsinya tapi tetap kuminum sampai habis. Sampai akhirnya ada rasa gatal yang sangat di tenggorokan yang kurasa sebagai pertanda bahwa batukku akan segera berakhir. Kira-kira pada hari ke-40. batuk pun hilang begitu saja. Bahkan karena lamanya batuk tak juga sembuh, saya membandel dengan melanggar aturan minum es. Oya, tes swab kulakukan di hari ke-21 meskipun masih batuk. Hasil swab menunjukkan negatif Alhamdulillah.



Terima kasih dan rasa syukur tak terhingga atas perhatian sahabat, kerabat, rekan kerja di kantor maupun rekan kerja dari seluruh Indonesia yang mengirimiku paket buah-buahan, makanan, madu, vitamin, dll tentu amat membantu sekali selama proses penyembuhan.  Terima kasih keluarga yang sudah mendukung dan memberi perhatian, teman-teman yang sudah mengirim roti dari bu Nuri, buah dari Nonny, minuman segar dari Nenden, susu kurma dari Rina, salad buah dari ummu Azuma, mba Nayla yang mengirim madu Batrisiya, aneka vitamin, madu dan paket buah-buahan dari rekan-rekan kerja yang luar biasa juga doa yang datang dari semua penjuru Indonesia. Alhamdulillah, segala puji bagimu ya Allah yang Maha Menyembuhkan.


16 komentar:

  1. Waah, saya ga kebayang deh kalau saya terkena covid ngeliat anak memandang kita dari jendela gitu. Hiks.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sedih mba, belum lagi orang tua cemas banget mikirin anaknya, jadi berusaha banget buat sembuh. Alhamdulillah sudah terlewati.

      Hapus
    2. Iya alhamdulillah banget ya, Mba. Saya kebayang kok sedihnya. Srandainya saya yang seperti itu.. Hiks..

      Hapus
  2. Subhanallahu~
    Perjuangan sekali yaa...untuk sehat kembali dari keadaan yang drop terkena virus.
    Semoga setelah ini sehat selalu, kak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin... ya alhamdulillah sudah terlewati.

      Hapus
    2. Meski sudah sembuh, adakah perawatan dan pemeriksaan khusus yang tetap dilakukan?
      Tulisannya bisa menjadi semangat bagi yang sedang isoman juga, kak.
      Terimakasih sudah berbagi.

      Hapus
  3. aku gak bisa berkata - kata mom. perjuangan banget memang melawan covid tuh.Sehat2 ya semuanyaaa

    BalasHapus
  4. Sedih pastinya ya mba kalau kena covid ga bisa ketemu sama anak anak sementara. Tapi Alhamdulillah sudah dinyatakan negatif ya mba. Memang kita tak pernah tahu kapan bisa terinfeksi virus ini

    BalasHapus
  5. alhamdulillah akhirnya sehat lagi ya Mba, mudah2an selanjutnya sehat terus sekeluarga ya Mba, baca cerita pejuang2 covid ini sungguh luar biasa

    BalasHapus
  6. semangat mba,

    dulu fase fase awal covid sepertinya aku kg sempet kena tp belum sempat di cek, karena indra perasa dan penciuman ilang jadi isolasi mandiri aja dirumah beberapa hari dan setelah baikan pun blm berani keluar rumah

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah mbak disembuhkan dari Covid. Pengalaman saya yang urus suami, memang gak mudah, padahal itu gejala yang termasuk ringan. Sekarang sesekali suka minum air rempah termasuk jahe juga mbak

    BalasHapus
  8. Alhamdulillah kembali sembuh ya, Mbak. Keluarga besar saya juga sempat kena covid. Kalau dengar ceritanya memang sedih. Covid gak seperti flu biasa. Semoga aja pandemi lekas berlalu. Aamiin Allahumma aamiin

    BalasHapus
  9. Alhamdulillah semua bisa dilewati ya Mba. Suami juga paska dinas keluar kota kena covid waktu Juni lalu. Alhamdulillah sudah sehat juga sekarang. Mungkin karena tubuh kecapean ya Mba, jadi mudah terserang virusnya. Sehat-sehat terus ya untuk Mba dan keluarga.

    BalasHapus
  10. Aku mengikuti cerita mba Vina di facebook nih, Ahamdullilah banget pas tahu sudah sehat kembali. Ahlamdullilah ya mba, banyak stick buah-buahana. Sehat-sehat ya mba, aamiin

    BalasHapus
  11. Alhamdulillah hasil swab udah negatif duluan ya Mbak meski batuknya masih ada. Pengaruh kecapekan di perjalanan juga sih ya itu. Semoga selalu diberi kesehatan ya Mbak :)

    BalasHapus

Komentar baik berupa kritik maupun apresiasi baik yang sopan amat saya nantikan, terima kasih telah singgah di blog ini :)

Share