2009-02-09

Mengajar

Kembali lagi ke dunia "mengajar". Secara tidak sengaja aku menemukan kembali dunia yang sempat hilang dari hidupku ini. Seorang teman yang hanya kukenal namanya via chatting, itupun sudah lama sekalia ketika masih kuliah dulu. Dia ini hanya sekedar dikenalkan oleh kaka kelasku via chatting. Tiba-tiba dia menegurku, yang rupanya salah alamat. Walhasil dia menawariku mengajar di sebuah sekolah yang tergolong elite dengan honor yang terbilang lumayan. Lowongan ini ada untuk menggantikan dirinya yang akan pergi ke luar pulau mengikuti suaminya. Well, agak berat juga sih karena harus full time dari pagi samapa sore, tapi bolehlah dicoba. Selanjutnya ku langsung datang ke sekolah tersebut, setelah menunggu lama, akhirnya aku berbincang dengna HRD dari sekolah tersebut yang ternyata juga adalah Dosen di kampusku dulu, meski aku gak kenal sebelumnya. Yang bikin shock adalah gaji yang ditawarkan hrd tidak sama dengan yang temanku bilang. Bahkan jauh di bawahnya. Hmm... pusing aku dibuatnya. Setelah menjalani tes potensi dasar (bahasa Inggris dan teori mengajar) juga, soal-soalnya sih gampang lah. Lah yang ribet ini adalah tawar menawar gaji dengan hrd, akhirnya kusebut saja gaji minimal yang kumau,. Deal juga akhirnya, meskipun rada gak puas juga di hati. Ya sudahlah, rezeki dapatnya dari mana saja.

di salah satu topik wawancara, hrd menanyakan," kenapa milih mengajar?", hmmm kenapa ya, secara tidak langsung seringnya memang dapat tawaran mengajar, dan kalaupun bekerja pun yang berhubungan dengan pendidikan. Rasanya dunia pendidikan memang sudah lekat dengan karirku. Begitulah kira-kira jawabanku saat itu.

Whatever, sedikit atau besar gajiku ini akan kujalani kontrak yang sudah kutandatangani untuk 6 bulan ini sebaik mungkin. Toh sebentar lagi juga anak-anak sudah akan Prakerin dan UN.

How Sweet My Baby Is....

Duh manisnya anakku......
Baru seminggu ini aku mulai kembali mengajar. Berangkat pagi pulang sore. Setibanya aku menjemput anakku sayang di rumah ibuku, anakku langsung menghampiriku, ingin digendong bundanya. rupanya dia kangen seharian gak ketemu bundanya. Karena sudah jam 5 aku pun solat asar, anakku yang menyadari ketidakberadaan ibunya langsung saja menangis. Tangisannya tidak dapat dihentikan oleh siapapun termasuk ibuku. Tangisannya baru berhenti setelah dia kugendong. Hohohooh, begini rasanya jadi seorang ibu rupanya. Senang sekali dan mengharukan. Ada seseorang yang menunggu dan mengharapkan kdatanganku. Ada yang mencintai dan memerlukan cintaku.

Hal ini juga membuktikan, bahwa seorang bayi pun sudah dapat mengenali siapa orang tuanya. Anakku ini sebenarnya diasuh oleh banyak orang. Oleh tante, ibuku, juga sepupuku. Memang, pada enam bulan awal dia lebih sering bersamaku, namun selebihnya dia mulai suka bermain di luar, pergi ke rumah saudara-saudaranya. Meski begitu ternyata, anakku yang cerdas ini tetap mengenali orang tuanya. Bahkan ayahnya yang lebih jarang dilihatnya. I love baby
Share