Marhaban ya Ramadhan
Kedatangan tamu yang mulia ini barangkali yang melatarbelakangi ghirah ku untuk mewarnai blog ini dengan tulisan bernapaskan keagamaan. Siang tadi aku membeli beberapa buku, sebenarnya sih banyak sekali judul buku yang menarik hatiku, namun akhirnya aku memutuskan untuk membeli sesuai dengan budget saja. Kali ini aku ingin menulis rangkuman (sekaligus resensi) dari buku berjudul “Bidah Tanpa Sadar” yang ditulis oleh Minbarul usrah Wal Mujtama’ terbitan pustaka At-Tibyan.
Mengetahui judulnya saja, sebagian orang akan langsung mencibir. ”Bidah lagi bidah lagi, gampang banget sih membidahkan sesuatu atau seseorang!” Ups, nanti dulu jangan langsung menilai, disini dijelaskan mengapa sesuatu perkara dapat dibidahkan.
Ketauhilah menetapi satu sunnah adalah lebih baik daripada menyelisihinya sekalipun dengan sejuta perbuatan bidah.
Bidah adalah segala bentuk perbuatan yang tidak ada contohnya dari para pendahulu (yaitu Rasulullah shollallhu’alayhi wasalam shollallhu’alayhi wasalam dan salafusshalih). Bidah yang diperbolehkan adalah byang berkaitan dengan masalah mu’amalah dan urusan duniawi. Seperti menciptakan berbagai alat seiring kemajuan teknologi guna membantu kehidupan manusia. Mengenai hal ini saya pernah mengalami perisitiwa lucu, ketika masih kuliah dulu ada seorang ikhwan yang terkenal mengikuti jajian tertentu dan saya diwanti-wanti agar tidak terpengaruh olehnya. Katanya dia tidak menyukai bidah. Saya yang kala itu belum tahu tetntang bidah bertanya pada kawan saya seperti apakah bidah yang dimaksud itu. Kawan saya menjawab bahwa bidah itu adalah hal-hal yang tidak ada di zaman Nabi kemudian ada di zaman ini. Saya bertanya kepada kawan saya dimana rumah ikhwan tersebut. Maksud saya, kalau tempatnya jauh dari kampus lantas dengan apakah dia pergi?? Dengan menunggang kuda atau unta ? Kawan saya tak bisa menjawabnya. Alhamdulillah ternyata setelah saya mendapat penjelasan, bukan seperti itu bidah yang dimaksud. Bila teringat hal ini saya selalu merasa lucu, menertawai kebodohan saya.
Bidah yang tidak diperbolehkan adalah bidah dalam perkara agama sesuai dengan sabda Rasulullah shollallhu’alayhi wasalam “ Jauhilah oleh kalian perkara yang diada-adakan (dalam agama), karena setiap perkara yang diada-adakan dalam agama adalah bidah. Dan setiap bidah adalah sesat.” Nah, apa sajakah itu? Hal inilah yang akan diulas dalam buku tersebut. Berikut saya akan menuliskan rangkumannya.
1. Meyakini adanya bidah hasanah
Hukum seluruh bidah dalam ibadah adalah sesat dan tidak terbagi kepada lima hukum sebagai hukum taklifi yang lima sebagaimana yang disangka oleh sebagian manusia.
“Barangsiapa mengada-ada pada urusanku ini yang tidak ada perintah-Nya, maka itu akan tertolak.”(HR.Al Bukhari dan Muslim).
2. Mencuci kemaluan setiap kali akan berwudlu sekalipun tidak berhadats.
3. Berdo’a setiap kali akan mencuci anggota wudhu’
4. Tidak berbicara ketika wudhu’
5. Berwudhu’ ketika terkena najis
apabila seseorang telah berwudhu’ kemudian terkena najis maka tidak perlu mengulang wudhunya, cukup membersihkan najis yang mengenai anggota tubuhnya. Karena najis bukanlah hadats.
6. Membasuh leher.
7. Berkata kepada orang yang berwudhu’ “Zam-zam (kumpulkan-kumpulkan)”
8. Keyakinan sebagian orang bahwa berwudhu’ tidak sempurna kecuali tiga kali-tiga kali.
Imam Al Bukhari dalam kitab shahihnya telah menyebutkan bab berwudhu dibolehkannya berwudhu’ sekali-sekali, dua kali-dua kali dan tiga kali-tiga kali.
9. Membasuh anggota wudhu’ lebih dari tiga kali.
10. Berlebih-lebihan (israf) dalam menghias masjid
Yakni dalam memberikan hiasan berupa lukisan, kaligrafi juga lampu-lampu mewah. Hal ini menyia-nyiakan nikmat listrik, kekayaan dan harta benda.
Sempat terlintas dalam benak saya mengenai hal ini bila melihat kemegahan masjid-masjid zaman sekarang bahkan terbuat dari logam mulia. Sedagkan banyak diantara umat Islam yang tergolong tidak mampu dan membutuhkan uluran tangan saudaranya. Ternyata, Islam begitu indahnya, nurani saya hampir tidak dapat menerima jika masjid harus dihias sebegitu rupa hingga mengalahkan kepentingan lain yang jauh lebih mendesak.
11. Membangun menara masjid
12. Menjauhkan anak-anak dari masjid
” Rasulullah shollallhu’alayhi wasalam pernah keluar untuk shalat membawa Hasan atau Husain pada salah satu shalat (Magrib atau ’Isya)”
13. Meletakkan bulan sabit di atas bubung masjid
14. Menambah tangga mimbar lebih dari tiga
15. Membangun mihrab masjid dan menghiasinya dengan kaligrafi
16. Mengkapling tempat di dalam masjid
Kita saksikan banyak sekali orang yang meninggalkan sajadah untuk mengkapling tempat tersebut khusus bagi dirinnya. Dia tidak datang ke masjid kecuali terakhir, dan bila kemudian tempatnya ditempati oleh orang lain maka ia akan menghardiknya. Hal ini adalah perbuatan yang dilarang.
17. Meninggalkan adzan pertama dalam shalat shubuh dan menambah kalimat tatswib pada adzan kedua.
18.Membaca basmalah ketika adzan
19.Perkataan seorang muadzin dalam adzan ” hayya ’ala khairil amal”
20. Mengarahkan ibu jari ke kiblat ketika muadzin mengumandangkan ”Asyhadu anna MuhammadarRasulullah shollallhu’alayhi wasalam ”
21. Menyaringkan shalawat dengan pengeras suara
22. Makmum mengucapkan kalimat, ”Aqamahallahu wa adamaha” setelah iqamah.
23. Ucapan imam, ”Innallaha laa Yanzhuru ilash Shaffil A’waji.”
24. Membaca Al Qur’an sebelum shalat shubuh dengan pengeras suara
25. Membatasi waktu hanya sejenak antara adzan dan iqamat
26. Membaca surat Al Ikhlas sebelum iqamat
27. Mendahulukan yang sepuh dari yang ahli Al Qur’an ketika menjadi imam.
28. Membuat garis untuk meluruskan shaf shalat
29. Imam diam sejenak setelah membaca Al Fatihah
30. Makmum masbuq mengucapkan, Innallaha ma’ashshabirin ketika mendapatkan imama dalam keadaan ruku’
31. Melafadzkan niat dengan nyaring di dalam shalat.
32. Sebagian jamaah shalat menambah kalimat walaa ma’buuda siwaaka dalam doa istiftah
33. Memejamkan mata dalam shalat
34. Makmum mengangkat kepalanya ketika mengucapkan amin.
35. Mengucapkan amin, waliwalidayya, walilmuslimin
36. Membaca rabbana walakal hamdu wasy syukru
37. Mengangkat kedua telapak tangan dengan tinggi ketika i’tidal seakan-akan sedang berdoa
38. Membaca qunut pada shalat shubuh.
39. Mengangkat kedua tangan ketika imam membaca MuhammadarRasulullah shollallhu’alayhi wasalam
40. Ucapan sebagian jama’ah shalat “Ista’antu bika ya rabbi”
41. Menggerak-gerakan jari ketiak duduk diantara dua sujud
42. Menambah lafazh sayyiduna di dalam tasyahud
43. Membaca amin ketika imam membaca akhir surat Al Baqarah
44. Imam memanjangkan suaranya ketika takbir untuk tasyahud dan salam
45. Menggerak-gerakkan tangan ketika salam
46. Mengangkat dan menundukkan kepala ketika salam
47. Membaca as’alukal fauza bil jannati wa as’alukaln najaata minan naari ketika salam
48. Saling berjabat tangan ketiak selesai shalat seraya mengucapkan taqabalallah
Saling berjabat tangan kepada seseorang yang belum kita ucapkan salam kepadanya dan belum kita jabat tangannya sebelum shalat adalah diperbolehkan. Namun langsung berjabat tangan antara imam dan makmum dan sesama makmum belum didapatkan dalilnya.
49. Doa bersama-sama setelah selesai shalat
50. Mengangkat tangan ketika berdoa setelah shalat fardhu
51. Membaca surat Al Fatihah setelah selesai shalat fardhu
52. Bershalawat secar bersama-sama setiap selesai shalat Fardhu
53. Bertasbih dengan alat tasbih
54. Berlebih-lebihan dalam menangis dan khusyu’ ketika berdzikir
55. Shalat dengan rakaat tertentu antara Magrib dan ’isya
56. Menunggu imam
57. Mengganti shalat pada hari berikutnya
58. Melaksanakan shalat sunnah ketika iqamat
59. Melaksanakan shalat khamsin (lima puluh rakaat)
60. Membaca dzikir tertentu ketika sujud sahwi (karena lupa)
Bacaan yang dibaca sama saja dengan bacaan sujud lainnya
61. Mengucapkan ta’awudz ketika menguap
cukup menutupnya saja dengan tangan
Bidah pekanan
1. Membaca surat Al Jumu’ah dalam shalat ’Isya pada malam Jum’at
2. Mengkhususkan hari Kamis sebagai hari ziarah kuburah syuhada ’Uhud
3. Membaca Al Qur’an sebelum shalat jum’ay dengan pengeras suara
4. Adzan kedua pada hari Jum’at
5. Meninggalkan shalat tahiyatul masjid
6. Shalat sunnah qabliyah Jum’at
7. membaca surat Al Fatihah dianatara dua khutbah jum’at
8. Mengamini doa imam dengan mengangkat tangan
9. Khatib mengangkat tanggannya ketika berdoa
10. Mengkhususkan khutbah kedua hanya untuk berdoa
11. Memanjangkan khutbah dan memendekkan shalat
Bidah tahunan
1. Shaum pada hijrahnya Rasulullah shollallhu’alayhi wasalam
2. Perayaan tahun baru
3. Berkabung pada hari kesepuluh dari bulan Muharram
4. Pesimis dengan datangnya bulan Shafar
5. Peringatan maulid Nabi Muhammad di bulan Rabi’ul Awal
6. Shalat Raghaib di bulan Rajab
7. Peringatan Isra’ dan Mi’raj
8. Shalat Al Fiyah pada malam pertengahan bulan Sya’ban
9. Metode hisab
10. seputar ru’yat hilal Ramadhan
11. Imsak
12. Mengakhirkan berbuka
13. Seputar shalat Tarawaih
14. membaca ayat-yat sajadah
15. Mengikuti bacaan imam sambil membawa mushaf
16. Dzikir setelah dua salam shalat tarawih
17. Shalat tarawih setelah magrib
18. Peringatan untuk sahur
19. Peringatan perang Badar
20. Hafizhah Ramadhan
21. Shalat Lailatul Qadar
22. Perpisahan Ramadhan
23. Seputar Idul Fitri
24. Idul Abrar di bulan Syawal
25. Pesimis menikah pada bulan Syawal
26. shalat sunnah tahiyat baitullah adalah Thawaf
27. Mengharap berkah dengan menyentuh tirai penutup Ka’bah atau dindingnya
28. shalat sunnah dua rakaat setelah sa’i
29. Ziarah ke masjid Nabawi
30. Ziarah ke masjid bersejarah
31. Naik ke atas gunung arafat
32. Seputar Idul Adha
33.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar baik berupa kritik maupun apresiasi baik yang sopan amat saya nantikan, terima kasih telah singgah di blog ini :)