Oleh: Sri Jayantini
(whandi.net) Dalam memahami psikologi remaja, dibutuhkan suatu pengertian akan kebutuhan khas mereka yang berhubungan sangat erat dengan cara beradaptasi dengan lingkungan. Tak dapat dipungkiri bahwa sebagai seorang individu yang sedang menapaki masa pencarian diri, remaja banyak dihadapkan pada berbagai masalah psikologis dan sosiologis. Banyak tudingan yang kerap menyudutkan remaja sekarang tak lebih dari sekelompok individu yang hanya menyusahkan saja, karena berbagai masalah berbau negatif kemudian menjadi beban bagi orangtuanya.
Namun, tidak sedikit pula yang menyanjung mereka sebagai kumpulan orang yang penuh prestasi dan mampu menunjukkan sebuah eksistensi. Lepas dari berbagai tudingan positif dan negatif yang saling berlawanan, sesungguhnya remaja tetaplah merupakan potensi manusia yang sangat memerlukan pemahaman.
DUNIA remaja adalah dunia yang penuh warna. Dari sekian untaian pertumbuhan dan perkembangan remaja, masa yang paling sering menjadi perhatian tentu saja adalah ketika masa pubertas itu datang. Pertumbuhan secara jasmani pastilah sangat mudah dilihat ketika terjadi ketidakseimbangan berbagai anggota badan yang seringkali didukung oleh perkembangan secara hormonal. Jenjang pertumbuhan secara jasmani tersebut dapat dipakai sebagai ciri pertumbuhan remaja di tingkat awal yang selanjutnya akan dilanjutkan dengan masa ketika remaja mengalami fase penyesuaian diri antar-pribadi dan lingkungan sosial yang lebih luas. Sejak itulah muncul berbagai kelompok remaja yang disebut dalam berbagai istilah.
Menurut penulis buku psikologi tentang remaja, Andi Mappiare, ketika merasa cocok dengan teman yang telah dikenalnya, seorang remaja akan membentuk berbagai macam komunitas. Salah satunya muncul bentuk ikatan yang disebut sebagai hubungan persahabatan karib. Ikatan dalam hubungan persahabatan seperti ini banyak ditemui atas dasar minat yang sama dan adanya kemiripan satu dengan lainnya.
Walau terkadang ada perselisihan, umumnya tak akan lama karena mereka seolah telah "menyatu" dan akhirnya saling memahami. Secara general, mereka biasanya terdiri dari kelompok yang sama, remaja putri akan sangat dekat dengan remaja putri yang lainnya, demikian sebaliknya. Hubungan seperti ini kemudian dapat menjadi lebih besar sehingga terbentuk suatu kelompok remaja yang anggotanya lebih banyak. Atas dasar kesamaan minat yang ada, kelompok seperti ini dapat diarahkan pada berbagai kegiatan positif karena mereka saling mengerti dan mendukung satu dengan yang lainnya.
Tetapi bagaimana dengan mereka yang akhirnya bersatu atas dasar perasaan kecewa hingga ada semacam tindakan melarikan diri masalah yang ada? Terbentuklah sebuah gangs, terdiri dari kumpulan remaja yang tidak puas sehingga berusaha mencari kebebasan sendiri. Konotasi negatif dari sebuah kata gangs ini berlanjut dengan makin menjadinya tingkah para individu yang sudah sulit dikontrol itu. Mereka kerap menghabiskan waktu dengan menganggur atau malah mengganggu kelompok remaja lainnya. Bahkan yang lebih parah bila mereka benar-benar terperosok pada pergaulan bebas yang penuh kenikmatan sekejap untuk kemudian menghancurkan masa depan mereka.
Kebutuhan Khas
Dalam buku "Psycology of Adolescence", Karl C.Garrison banyak memberikan uraian tentang bagaimana remaja sesungguhnya harus dipahami berdasarkan atas kebutuhan khas yang mereka rasakan. Seorang remaja pada umumnya mempunyai tujuh macam kebutuhan yang menjadi esensi pertumbuhan dari segi psikologis mereka.
Adanya pemenuhan akan kebutuhan khas ini pada akhirnya dapat dijadikan bekal bagi mereka dalam menyelesaikan masalah sosiologis yang harus dihadapi kelak. Setumpuk kebutuhan khas itu diawali dengan adanya kebutuhan akan kasih sayang. Kebutuhan alami yang bertumpu pada keinginan untuk diperhatikan ini selayaknya diberikan oleh orang-orang terdekat mereka. Terutama orang tua yang tentu saja harus lebih mencurahkan kasih sayangnya agar remaja tak salah langkah dalam menentukan arah hidup mereka. Hal kedua yang patut menjadi catatan adalah bahwa remaja sedang mengalami masa yang sungguh berbeda dengan masa kanak-kanak. Ketika masih kanak, proses sosialisasi akan lebih mudah dikontrol orang tua. Kini, setelah terjadi berbagai macam perubahan pada fisik mereka, remaja mempunyai kebutuhan untuk dapat diterima dalam sebuah kelompok dan ikut serta dalam berbagai aktivitas di dalamnya.
Lima kebutuhan khas remaja lainnya dimulai dari adanya keinginan dapat mandiri, berprestasi, mendapat pengakuan dari orang lain atau lingkungannya sebagai wujud memperoleh prestise diri, keinginan untuk dihargai, dan memperoleh falsafah hidup. Semua kebutuhan itu menjadi bagian dari kehidupan masa remaja yang tak dapat disangkal memang penuh ragam cerita. Kebutuhan untuk mendapat kepercayaan agar bisa lebih mandiri merupakan hal yang cukup penting karena mereka kelak harus memutuskan sesuatu atas banyaknya pilihan yang ada. Arah menuju kedewasaan akan diraih dari berbagai pengalaman yang mereka dapatkan dalam keseharian. Remaja butuh agar bisa berprestasi karena untuk mencapai sebuah prestasi itu diperlukan usaha sungguh-sungguh. Karena itulah pula mereka akan mengerti makna sebuah kerja keras dan bagaimana akhirnya mendapat pengakuan dari orang lain. Kebutuhan akan falsafah hidup memberikan gambaran bahwa secara nyata remaja perlu mendapat tuntunan menuju sebuah ketetapan atau kepastian. Remaja perlu diberikan beberapa petunjuk sebagai dasar serta ukuran saat memerlukannya dalam mengambil berbagai keputusan.
Psikologis-Sosiologis
Pemenuhan atas kebutuhan khas remaja itu sesungguhnya mengacu pada pembangunan karakter yang sangat dipengaruhi dua faktor psikologis dan sosiologis. Faktor psikologis akan membawa perkembangan ke arah kesehatan mental remaja sehingga dapat mengambil keputusan dengan kepala dingin. Hubungannya dengan faktor sosiologis tentu saja adalah bagaimana remaja dapat berinteraksi dengan lingkungannya dan berhadapan dengan berbagai peristiwa sosial.
Bila dua hal tersebut telah terbentuk dengan baik, keseimbangan dan kemantapan pribadi remaja akan tercapai. Sehingga remaja dapat lahir menjadi individu yang bahagia, mempunyai hubungan harmonis dengan berbagai pihak, mereka juga akan sangat produktif di masa mudanya. Sebaliknya, bila dua hal tadi tak berjalan seimbang di mana secara psikologis remaja tertekan dan mengalami banyak hambatan, otomatis mereka tidak akan mampu bertahan menghadapi masalah sosial yang lebih tajam. Tak ada hal-hal produktif yang bisa dikerjakan, remaja cenderung akan merusak dirinya saja.
Adanya tujuh macam kebutuhan khas remaja itu secara umum memang ada pada kebanyakan anak muda, tetapi tingkat intensitasnya sangat dipengaruhi oleh latar belakang keluarga masing-masing, faktor sosial, individual, kultural dan religius. Untuk remaja Indonesia, kecenderungan agar mendapat pengakuan sebagai orang yang mampu menjadi dewasa, mendapat perhatian penuh dan kebutuhan akan kasih sayang tampak lebih menonjol dibanding kebutuhan lainnya. Nah, tidak ada langkah lain lagi yang dapat menjadi dasar pemahaman pada remaja kecuali menumbuhkan perhatian juga kasih sayang yang lebih dalam buat mereka.
Tujuh Kebutuhan Khas Remaja
- Dapat curahan kasih sayang.
- Dapat diterima dalam kelompok.
- Keinginan dapat mandiri.
- Bisa berprestasi.
- Dapat pengakuan sebagai prestise.
- Dapat dihargai.
- Memperoleh falsafah hidup.
menarik ceritanya, sangat mengisnpirasi
BalasHapus