Ketiadaan bapak pada tanggal 22-2-2022 semakin menyadarkanku akan dekatnya kematian dan datangnya yang tak disangka-sangka. Meskipun bapak sudah sakit-sakitan sejak awal 2020 lalu, persis sebelum pandemi covid-19. Datangnya pandemi memang menjadi salah satu alasan keterlambatan penanganan penyakit bapak. Ketakutan adanya covid-19 sehingga enggan datang ke rumah sakit untuk check up dan terapi.
Penyakit bapak kami ketahui ketika bapak terjatuh dari motor ketika akan mengantar anak-anakku ke sekolah. Baru saja sampai di depan pagar, tiba-tiba motor oleng dan terjatuh. Mulai saat itu, aku melarang bapak untuk mengendarai motor. Setelah itu bapak berjalan menggunakan tongkat, namun lagi-lagi bapak terjatuh terpeleset di kamar mandi. Lama kelamaan kondisi bapak semakin drop hingga akhirnya bapak perlu dibantu untuk bangun dan semakin lama semakin berat untuk membopong bapak.
Saat membopong bapak untuk terapi ke RS
Syukurnya, karena pandemi, aku dan suami bekerja di rumah
juga anak-anak belajar di rumah. Sehingga kami bergantian membantu ibuku
menjaga dan merawat bapak. Terutama putra sulungku, Syahdu. Dia-lah yang
menjaga dan menjadi teman mengobrol bapak sehari-hari. Rasanya, syukurku bertambah
karena telah diberikan putra sulung yang dapat membantu menjaga eyangnya. Allah
Maha Tahu keperluan hamba-Nya.
Setelah pandemi mereda, pada akhir tahun 2020, kami mulai
melakukan ikhtiar terapi sampai di awal tahun 2022. Diagnosa dokter yaitu
gejala Parkinson sehingga perlu melakukan terapi intensif. Tidak mudah
melakukan terapi bolak-balik ke rumah sakit dalam kondisi bapak yang tidak
dapat berjalan sendiri. Meskipun adanya bantuan dari kolega adik perempuanku
dan bantuan dari para perawat rumah sakit sangat membantu dan memudahkan kami
dalam melaksanakan terapi, namun pulang-pergi ke RS bukanlah hal yang mudah.
Hingga akhirnya aku memutuskan untuk melakukan terapi di rumah.
bapak menunggu terapi hiperbarik di RS
Kondisi bapak sempat ada peningkatan, mulai bisa berjalan menggunakan tongkat penyangga. Namun tiga hari terakhir sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir, bapak sempat drop. Aku sempat heran, mengapa bapak bisa tiba-tiba drop? Tidak nafsu makan, sulit menelan makanan dan minuman. Kemudian bapak lebih sering tidur dari biasanya. Ketika aku menjenguk bapak bersama suamiku bapak sempat meracau tidak jelas. saat itu aku hanya mengingatkan bapak untuk tetap berdzikir dan istigfar.
Karena bapak sakit dan di saat yang sama ibuku juga jatuh sakit, akupun stand by di rumah orang tuaku (rumahku dan rumah orang tua berada dalam pagar yang sama). Pagi menjelang siang sekitar pukul sepuluh, aku menunggui bapak selesai dimandikan oleh adikku dan juga Syahdu anakku. Setelah itu aku berniat ingin menyuapi bapak makan, mengingat bapak sangat sedikit makannya. Namun, ketika aku menghampirinya, bapak sedang tertidur. Akupun agak ragu membangunkannya. Namun, karena hari sudah siang aku pun memaksakan diri membangunkan bapak. Aku terkejut ketika bapak tidak juga bangun. Bahkan, nafas yang biasanya terdengar tidak lagi ada. Aku segera memanggil adikku yang baru saja memandikan bapak tadi, meminta dia untuk memeriksa bapak. Namun, bapak tidak juga bangun. Panik tentu saja. Namun aku berusaha berpikir dan mencoba tenang. Akupun berlari ke rumah tetanggaku yang juga seorang perawat, aku memintanya memeriksa bapak, kalau saja masih bisa ditolong. aku juga menyuruh adikku segera memanggil dokter terdekat.
Dalam ketegangan aku hanya bisa berdoa semoga bapakku hanya hilang kesadaran saja. Semoga saja masih bisa ditolong, karena kulitnya kupegang masih terasa hangat. Raut wajahnya benar-benar memperlihatkan seperti sedang tertidur pulas. Setelah diperiksa oleh tetanggaku, dia mengatakan kalau bapak sudah tidak ada. Tak lama dokter pun datang dan memeriksa bapak. Hasilnya sama, dokter menyatakan bapak sudah tiada.
إِنَّا لِلَّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
innā li-llāhi wa-inna ilayhi rājiʿūn.
(Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)
Aku tidak tahu mau berkata apa, ini bukan akhir yang
kuharapkan setelah melakukan berbagai upaya yang kami mampu. Namun, inilah
kenyataannya bahwa semua perjuangan merawat bapak telah berakhir pada hari itu.
Meskipun semua upaya itu tak membuahkan hasil yang kami harapkan, namun aku tak
menyesalinya karena telah berupaya maksimal. Hanya Allah yang Maha Mengetahui
yang terbaik bagi hamba-Nya. Semoga saja kesabaran bapak selama sakit
menyebabkan gugurnya dosa-dosa bapak selama ini dan menjadi pahala yang berlipat
ganda. Sungguh, sebuah taman surga sudah berlalu dari hadapan kami.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Siapa saja yang menjenguk orang sakit akan senantiasa berada di kebun surga sampai ia kembali. (HR. Muslim)
Ibuku yang juga sedang sakit dan berbaring di kamar lainnya diberitahu adikku adanya musibah ini. Namun ibuku tidak mampu untuk bangun melihat bapak karena kondisinya yang mual parah akibat vertigo. Sementara aku segera menghampiri suamiku di rumah, karena diantara keluarga kecl kami suamikulah tentunya yang dapat mengurus semua urusan memandikan hingga mengubur bapak. Beruntung kami juga dibantu oleh tetangga di sekiar rumah yang diantaranya merupakan pengurus RT/RW di lingkungan kami. Alhamdulillah, aku tidak terlalu disibukkan dengan hal-hal berkaitan dengan persiapan penguburan. Tak lupa akupun mengabari mbah putri di solo, ibu dari bapakku. Dengan kondisi mbah yang juga tidak memungkinkan untuk datang maka aku menyampaikan agar mbah tidak perlu memaksakan diri untuk datang. Sehingga proses penguburan bapak tidak menunggu terlalu lama dan dilakukan sore hari setelah sholat asar.
Berkat teknologi video call, mbah tetap dapat melihat bapak sebelum dikubur hingga proses penguburan selesai meski hanya melalui telepon. Sesaat sebelum jenazah bapak dibawa ke Masjid untuk disolatkan, ibuku dan keluarga serta kerabat berkumpul untuk melihat bapak untuk terakhir kalinya.
ibuku bersama kerabat mendoakan bapak sebelum disolatkan
Keluarga bapak yang terdekat baik kakak dan adik bapak berdatangan hadir, juga teman-teman kantorku dan kolega keluarga kami. Sebagian diantaranya sempat menyolatkan bapak bersama kami semoga menjadi syafaat bagi bapak dan memberikan pahala bagi yang menyolatkan.
“Tidaklah seorang muslim meninggal dunia lantas dishalatkan
(shalat jenazah) oleh 40 orang yang tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit
pun melainkan Allah akan memperkenankan syafa’at (do’a) mereka untuknya.” (HR.
Muslim no. 948)
Bagiku menyolatkan jenazah adalah hal yang penting, karena itulah saat penghormatan terakhir dan permohonan ampun bagi jenazah. Karenanya, aku lekas mengajak anak-anak dan adik-adikku untuk menyolatkan bapak. Bapak disolatkan di masjid dekat rumah sebagaimana harapannya sewaktu itu kepadaku.
“Barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai ia
menyolatkannya, maka baginya satu qiroth. Lalu barangsiapa yang menyaksikan
jenazah hingga dimakamkan, maka baginya dua qiroth.” Ada yang bertanya, “Apa
yang dimaksud dua qiroth?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas
menjawab, “Dua qiroth itu semisal dua gunung yang besar.” (HR. Bukhari no. 1325
dan Muslim no. 945).
Dan kamipun menuju peristirahatan terakhir bapak. Cuaca siang hingga sore itu sempat hujan namun hanya gerimis saja dan tidak lama. Prosesi penguburan yang dilakukan sederhana saja sesuai dengan tata cara penguburan mengikuti sunnah Rasulullah shollallahu 'alayhi wasallam,
Tak lupa kami ucapkan doa memasuki kuburan sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah shollallahu 'alayhi wasallam,
Assalamu Alaikum Ya Ahlad Diyar Minal Mukminin Wa
Muslimin,Wa Inna Insya Allahu Bikum La Hiqun, Nasalullahi Lana Walakumul
'Afyah.
Artinya: "Semoga keselamatan tercurah kepada kalian,
wahai penghuni kubur, dari (golongan) orang-orang beriman dan orang-orang
Islam. Kami insya Allah akan menyusul kalian, saya meminta keselamatan untuk
kami dan kalian."
tempat peristirahatan terakhir bapak
Sedangkan bagi orang-orang yang menguburkan jenazah masuk ke liang lahat agar mengucapkan doa Bismillahi Waala Millati Rosulillah. Bagi para pengiring jenazah dapat berdoa sebagaimana doa pada sholat jenazah.
Allahummaghfir Lahu Warhamhu, Wa’aafihi Wa’fu ‘Anhu, Wa Akrim Nuzulahu, Wa Wassi’madkhalahu, Waghsilhu Bil-Ma’i Watstsalji Wal-Baradi, Wanaqqohi Minal Khotoya Kamaayunaqqottsaubu Abyadhu Minadanasi, Waabdilhu Daaron Khoiron In Daarihi, Waahlankhoiron Min Ahlihi, Wazaujan Khoiron Minzaujihi, Waqihi Fitnatal Qobri Wa’adaabinnar.
Artinya: "Ya Allah, ampunilah dia, belas kasihanilah dia, hapuskanlah dan ampunilah dosa-dosanya, muliakan tempatnya (ialah surga) dan luaskanlah kuburannya. Basuhkanlah kesalahan-kesalahannya sampai bersih sebagaimana bersihnya kain putih dari kotoran. Gantikanlah rumah lebih baik daripada rumahnya yang dulu, keluarganya lebih baik daripada keluarganya yang sulit; dan masukkanlah ia ke dalam surga dan jauhkanlah ia dari siksa kubur dan siksa api neraka."
Ucapan terima kasih kami sampaikan atas perhatian, simpati, bantuan serta doa-doa yang disampaikan kepada kami sekeluarga. Jazakumullah khayran katsiran.
“Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Jumu'ah : 8).
Semoga bapak meninggal dalam keadaan husnul khotimah, begitupun dengan kita semuanya kelak sehingga dapat berkumpul kembali di jannah-Nya. Aamiin...
Sesungguhnya mati hanyalah kehilangan di dunia
Karena sebenarnya yang mati hanyalah mendahului kita pergi
menuju kehidupan selanjutnya
Hingga akhirnya kita berkumpul kembali di alam keabadian,
semoga itu adalah surga-Nya yang mulia
Mengenangnya ialah dengan
menceritakan kebaikannya,
melantunkan istigfar untuknya,
dan mendoakannya