Dunia dilanda kepanikan setelah adanya pandemi Covid-19 (coronavirus disease 2019), sebuah penyakit baru yang disebabkan oleh virus dari golongan coronavirus,
yaitu SARS-CoV-2 yang juga sering disebut virus Corona. Penyakit ini dapat menyebabkan gangguan sistem
pernapasan, mulai dari gejala yang ringan seperti flu, hingga infeksi
paru-paru, seperti pneumonia.
Sejak
berita tersebarnya penyakit Covid-19 di Wuhan, Cina, pada akhir Desember
2019. Saya mulai waspada, meskipun tentunya berharap agar
jangan sampai virus tersebut tersebar di Indonesia. Tapi apa daya, pada bulan
Februari ditemukan kasus Covid-19 di Indonesia, tepatnya di Depok, Jawa Barat.
Duh, Depok pula, kota tempat saya tinggal.
Akibat dari terinfeksi Covid-19 ini
diberitakan sangat mengerikan sehingga menimbulkan kecemasan yang luar biasa
bagi semua orang. Saya pun mencari tahu perkembangan penyebaran Covid-19 di
Indonesia dan juga seberapa bahayanya. Hal ini perlu sebagai informasi dasar bagaimana
kiat pencegahannya dan penanganannya jika sampai terkena virus ini. Tapi, saya
tidak ikut-ikutan panic buying loh. Edisi belum gajian soalnya 😄
Saya sempat khawatir jika tertular
saat perjalanan pergi dan pulang dari kantor, mengingat sarana yang saya
gunakan adalah KRL Jabodetabek. Namun sejak adanya pembatasan oleh Pemerintah,
jam masuk kerja digilir hanya satu hingga tiga kali dalam seminggu dan bagi
yang sudah berusia 45 tahun ke atas tidak diwajibkan ke kantor. Sehingga saya
memilih menggunakan bis antar jemput kantor saja untuk menghindari kepadatan di
KRL. Bis kantor yang biasanya juga sangat padat, kini menjadi sepi.
Kemudian karena tuntutan
pekerjaan, beberapa kali saya pergi pulang keluar kota. Untungnya hanya sekitar
Semarang, Solo dan Yogya saja. Kemudian karena alasan tertentu saya memilih
moda transportasi darat yaitu bis. Kebetulan terminal bis pun tidak jauh dari
rumah sehingga memang relatif lebih murah dan mudah.
Positif Covid-19
Pada pekan ketiga Juni, saya
ditugaskan ke Solo selama tiga hari yang dilanjutkan bertugas ke Yogyakarta
tiga hari. Sampai di rumah sehari kemudian pergi lagi ke Sumedang untuk mengisi
sebuah acara pembekalan untuk guru-guru disana. Semuanya menggunakan
transportasi darat, full AC. Pada perjalanan ke Sumedang itu kepala terasa
sakit dan perut juga mual. Saya kira hanya sakit biasa saja karena kena AC.
Untuk meredakan sakit saya
pun minum obat, madu juga air jahe. Tak lupa juga vitamin untuk menjaga
stamina. Selama dua hari minum obat, vitamin dan juga berisitirahat saya merasa
sudah membaik. Tugas dinas luar kota kembali datang, saya pun bersiap untuk
itu. Namun saya memutuskan untuk melakukan swab sebelum berangkat. Selama menunggu
hasil itu rasanya agak cemas.
Sepuluh menit berlalu,
hasil tes pun didapatkan. Hasilnya positif covid-19! Saat itu aku merasa tak
percaya dan ingin meyakinkan dengan tes PCR yang berujung pada hasil yang sama,
positif covid-19. Pulang dari tes swab saya langsung meng-isolasi diri di kamar dan
menyuruh anak-anak untuk menginap di rumah Eyangnya. Alhamdulillah suami dan
anak-anak juga mama semuanya negatif. Saya merasa amat lega, mengingat dalam
perjalanan ke Yogya aku sempat mengajak putra sulungku kemudian saat ke
Sumedang diantar oleh mama dan juga putriku.
Suamiku tetap berada di
rumah meskiupun kami berada di kamar yang berbeda. Aku melarangnya untuk
melakukan kontak langsung, misalnya memegang dahiku untuk mengecek suhu tubuh.
Karena memang bukan hal yang mudah untuk membatasi kontak dalam waktu sekejap.
Begitupun dengan putri kecilku yang seakan tidak terima karena harus tidur
terpisah dengan bundanya. Ya, memang meskipun sudah kelas 2 SD, Fiya masih ingin
ditemani bundanya saat tidur.
 |
Fiya mengintip dari jendela kamarku |
Isoman
Pada tiga hari pertama
setelah dinyatakan positif, obat yang kuminum hanya paracetamol ditambah madu
dan vitamin saja. Oya saya juga sempat meminum ramuan air kelapa plus jeruk
nipis plus garam yang kabarnya dapat meredakan gejala covid-19. Pada saat itu nafsu
makan masih bagus begitupun dengan indera perasa. Pekerjaan masih bisa
kukerjakan seperti biasa. Saya masih berharap bahwa ini hanyalah gejala ringan
yang akan segera berlalu.
Namun pada hari keempat saya
mulai merasa mual, demam semakin tinggi dan juga batuk. Yang terasa paling
tidak mengenakkan yaitu rasa mual, perih hingga tak nafsu makan dan membuat
tubuh menjadi lemas. Saya mencoba berobat melalui dokter online dari
aplikasi ojol. Dokter tersebut meresepkan antibiotik, antivirus, paracetamol,
obat batuk, obat mual dan vitamin. Sayangnya, antibiotik dan antivirusnya kosong.
Dua hari mengonsumsi obat tersebut rasanya tidak ada perubahan malah semakin
memburuk rasanya. Mual tak tertahankan, dada terasa terbakar, panas menjalari
tubuh dari atas sampai ke bawah.
Akhirnya kuhubungi teman SMA-ku,
dokter penyakit dalam yang baru-baru ini praktek di Rumah Sakit yang tak jauh
dari rumahku. Konsultasi dilakukan secara online dengan melalui vicon. Obat
kudapatkan dengan meminta tetangga untuk mengambilkan di RS tersebut sedangkan
pembayarannya dilakukan melalui transfer.
Berjuang
Alhamdulillah semua obat
lengkap tersedia. Penuh harap dan berdoa sungguh-sungguh agar dapat segera sembuh, semua obat kuminum
dengan teratur. Jadi, di hari ketujuh ini lah baru kudapatkan obat-obatan
lengkap. Semangat untuk sembuh, semangat untuk bisa melanjutkan pekerjaan yang
tertunda, semangat agar bisa makan enak hehehe. Demi orang-orang di
sekelilingku yang begitu khawatir dengan kondisiku.
Pada hari kesembilan rasa
mualku berangsur pulih, makanan yang tadinya tidak tersentuh sama sekali, sudah
mulai diterima sedikit-sedikit. Tidak banyak memang, tapi cukup berarti. Meski menu
yang bisa diterima baru sayur bening dan tahu goreng saja rasanya sudah nikmat.
Sebelumnya hanya buah-buahan saja yang bisa masuk, terutama pisang lampung,
anggur manis, dan jeruk mandarin manis.
Karena indera perasa yang
tidak berfungsi normal, makanan pun jadi terasa tidak nikmat dimakan. Kemudian berpengaruh
juga dengan indera pencium yang tidak normal, sehingga bau soto yang
dihidangkan bukannya menggugah selera malah sebaliknya, rasanya langsung mual
mencium aroma soto.
Untuk menghilangkan bau
yang tidak mengenakkan itu kuoleskan minyak kayu putih ke dalam hidung dengan
menggunakan cotton bud. Pernapasan juga menjadi lebih lega setelah
menghirup aroma minyak kayu putih. Caranya yaitu dengan mencelupkan cotton
bud ataupun tisu yang dilinting ke minyak kayu putih kemudian masukkan ke
dalam hidung dengan hati-hati. Setiap merasa agak kurang nyaman saat bernapas, saya
melakukan hal ini dan hasilnya lumayan melegakan. Setidaknya tidak sampai harus
menggunakan oksigen.
Makan memang salah satu
hal untuk mempercepat pemulihan. Setelah mual berangsur hilang, sakit kepala
dan demam juga berangsur membaik, saya memaksakan diri untuk bangun dari tempat
tidur dan melakukan olahraga ringan. Ini kulakukan untuk menghilangkan pusing
di kepala. Kebanyakan berbaring juga akan membuat kepala menjadi pusing dan
tentunya rasa mual juga. Jendela kubuka lebar-lebar di pagi hari untuk menghirup
udara segar. Tentu saja berjemur adalah hal yang perlu dilakukan. Pada saat
demam masih tinggi, saya merasa tak mampu berjemur terlalu lama lebih dari 10
menit, karena membuatku sesak napas. Namun setelah berangsur pulih, saya bisa
berjemur sampai setengah jam.
Mereka kembali!
Indera perasa dan
penciumanku pulih setelah sebulan. Rasanya bahagia bisa kembali merasakan
makanan dan minuman yang enak. Begitu mudahnya Allah mencabut nikmat-nikmat itu
saat sakit. Nikmat yang seringkali kita anggap sepele namun begitu hilang
ternyata menjadi masalah yang cukup berarti.
Batuk adalah hal terakhir
yang pulih dari semua gejala covid yang kurasakan. Rasanya sangat mengganggu.
Obat batuk seperti tidak ada fungsinya tapi tetap kuminum sampai habis. Sampai
akhirnya ada rasa gatal yang sangat di tenggorokan yang kurasa sebagai pertanda
bahwa batukku akan segera berakhir. Kira-kira pada hari ke-40. batuk pun hilang
begitu saja. Bahkan karena lamanya batuk tak juga sembuh, saya membandel dengan
melanggar aturan minum es. Oya, tes swab kulakukan di hari ke-21 meskipun masih
batuk. Hasil swab menunjukkan negatif Alhamdulillah.

Terima kasih dan rasa
syukur tak terhingga atas perhatian sahabat, kerabat, rekan kerja di kantor
maupun rekan kerja dari seluruh Indonesia yang mengirimiku paket buah-buahan, makanan,
madu, vitamin, dll tentu amat membantu sekali selama proses penyembuhan. Terima kasih keluarga yang sudah mendukung dan memberi perhatian, teman-teman yang sudah mengirim roti dari bu Nuri, buah dari Nonny, minuman segar dari Nenden, susu kurma dari Rina, salad buah dari ummu Azuma, mba Nayla yang mengirim madu Batrisiya, aneka vitamin, madu dan paket buah-buahan dari rekan-rekan kerja yang luar biasa juga doa yang datang dari semua penjuru Indonesia. Alhamdulillah, segala puji bagimu ya Allah
yang Maha Menyembuhkan.